Selasa, 10 April 2012

Tidak Perlu Berdoa


Ketika kita masih kanak-kanak, ingatkah kita dengan soal dalam lembar tes yang seperti ini “apa yang dimaksud dengan doa? Yup, mungkin kita tidak akan lupa dengan pertanyaan ini. dan apakah kita masih ingat dengan jawab yang kita berikan atas soal tersebut?? Hmmm..jika saya boleh menebak jawabannya, pasti anda akan menjawab salah satu dari dugaan saya ini
1. Nafas hidup orang percaya
2. Komunikasi kita dengan Tuhan

Bagaimana? Benar atau salah??hmm
Saat anda tersenyum, saya melihat bahwa anda adalah salah satu siswa yang menuliskan jawab demikian saat soal tersebut ada dihadapan anda. Dan semakin anda terheran, maka semakin yakinlah saya atas jawaban anda dahulu.

Sekarang tentu tidaklah demikian, perkembangan pemikiran dan penambahan pengalaman serta pengetauhan pasti semakin menyempurnakan pemahaman kita atas definisi dari doa yang kita yakini. Tidak lagi hanya sebatas kata yang diucap dengan memejamkan mata dan untuk meminta sesuatu kepada DIA tentunya. Tapi pasti sudah termodifikasi dengan sendirinya seiring perkembangan kedewasaan iman kita.
Perlukah kita berdoa?

Saya masih ingat ketika saya hendak menghadapi ujian pendadaran penelitian saya tahun lalu. Seperti mahasiswa yang lainnya, saya cukup takut dan bingung untuk menghadapi hari itu. bagaimana tidak, usaha saya selama 4 tahun ditentukan hanya dalam beberapa jam kedepan. Saya sudah berusaha mempersiapkan semuanya dengan sangat makasimal. Materi skripsi, data-data, hingga kerangka tulisan sudah saya siapkan sedemikian rupa. Tapi tetap saja saya merasa sangat kuatir. Malam sebelum ujian, saya malah tidak bisa tidur sehingga waktu yang seharusnya dapat saya gunakan untuk istirahat, terbuang begitu saja dan malah merugikan saya. Saya masih ingat, hingga pukul 03.30-an mata saya masih terjaga dan tidak ada tanda untuk tertidur walaupun saya tahu bahwa ujian akan dilaksanakan pada pukul 09.00. Setelah itu semua terasa sangat cepat dan ujian segera dimulai. Singkat cerita, saya berhasih melewati ujian itu dengan sangat baik dan saya mendapatkan nilai yang maksimal pula. Ingat, saya lupa berdoa.

Lantas kenapa saya tetap berhasil walau tanpa berdoa? Apakah ini berarti semua mutlak karena usaha saya sendiri? Bukan kah tanpa doa-pun saya bisa memperoleh nilai maksimal dalam ujian saya?

Jawabnya : TIDAK

Seketika saya terdiam karena ada penggalan cerita syang belum saya sampaikan diatas. Malam hari, waktu saya masih terjaga, saya melihat ibu saja duduk bertelut disamping tempat tidur untuk berdoa, dan yang menjadi pokok doa beliau adalah ujian akhir saya, dan yang lebih hebat..beliau menangis.
Seketika saya menjadi lemas, dan segera minta ampun kepada Tuhan untuk kesombongan ini, dengan tidak menyertakan DIA dalam pekerjaan kehidupan saya. Dengan merasa mampu menjalani semua tanpa doa. Saya tersadar

Bro..sist..
Sudah rajinkah kita berdoa?

Kenyataan yang ada adalah, seringkali tanpa kita sadar, banyak orang yag setiap saat ikut mendoakan kita. Entah orang tua, kerabat, sahabat, teman, guru, atau yang lain. Dengan rela mereka memberikan waktunya untuk menyebut nama kita dalam doa-doanya, dan dari sanalah kita memperoleh dukungan yang sangat besar. Dengan demikian, masihkah pantas kita merasa sombong untuk semua yang kita miliki dan keberhasilan yang ada pada kita.

Orang lain sudah menjadi bagian dalam doa bagi kita, dan layak jika kita sekarang mulai menyediakan diri untuk mendoakan orang lain pula, karena dengan demikian kita akan saling menopang satu dengan yang lain sehingga kita akan terus kuat bersama DIA.

Jesus Bless

0 comments:

Posting Komentar

Technology Blog