Senin, 23 Mei 2016

KALAH? WHY NOT?

Beberapa hari yang lalu saya mendapat kesempatan untuk mengantar anak turnamen Futsal. Sedang ada Olimpiade Cluster untuk PPA se-Solo raya. Begitupun dengan anak-anak yang beberapa minggu sebelum pelaksanaan turnamen begitu bersemangat.

Saya sendiri sebenarnya tidak begitu paham dengan Futsal, hanya karena kebetulan pelatih anak-anak tidak bisa mendampingi maka saya yang harus menemani. Pelatih sebenarnya cukup yakin dengan kemampuan anak-anak untuk berbicara banyak pada turnamen kali ini, bahkan berkali-kali pelatih menekankan minimal anak akan masuk Final. Saya senang dengan rasa optimis yang dimiliki pelatih kami. Sembari kami berbincang, pelatih menyerahkan semua nama pemain Futsal serta siapa saja yang nanti akan turun pertama dalam pertandingan.

Anak-anak juga terlihat sangat antusias dan terlihat begitu siap dengan pertandingan yang akan dihadapi. Satu-satunya hal yang membuat pelatih khawatir hanya soal siapa yang menjadi Penjaga Gawang, anak yang biasa ada diposisi tersebut sekarang sudah kelas 1 SMA sehingga otomatis tidak bisa kami ikutsertakan mengingat batas peserta maksimal adalah kelas 3 SMP. Opsi kedua-pun tidak mesti berjalan dengan baik, karena kiper ke dua kami sudah jauh-jauh hari mengatakan jika pada hari pelaksanan kemungkinan tidak bisa ikut karena ada hal yang tidak bisa ditinggalkan. Akhirnya dengan terpaksa kami memainkan kiper ke 3 dan pemain yang dipaksakan menjadi kiper. Keseluruhan, dari jatah 10 pemain yang bisa didaftarkan, kami hanya mengirimkan 7 nama untuk bertanding.

Hari pertandingan pun tiba, kami bertanding dengan PPA dari Klaten dan kick off jam 17.00 WIB. Kami berangkat naik dengan menyewa angkuta ke lokasi Turnamen. Perjalanan terasa begitu lama dan jenuh, macet karena mungkin jam kami berangkat sama dengan jam pulang kantor. Saya duduk didepan sedang seluruh anak dibelakang. Sedari berangkat anak terus saja saling berbincang tentang strategi apa yang akan mereka gunakan nanti, siapa yang akan didepan, siapa yang akan menjadi eksekutor tendangan bebas, dan banyak hal. Dari depan sesekali saya hanya menengok kebelakang dan kembali menghadap kedepan dengan senyuman kecil. “ahh, ini hari besar bagi mereka” gumamku.

Sampai dilokasi, saya hanya memberikan instruksi sederhana pada anak-anak, agar mereka segera memakai sepatu dan melakukan pemanasan agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan. Anak-anak pun melakukan demikian, sedang saya harus menyelesaikan beberapa keperluan administrasi dengan panitia pertandingan dan wasit. 

Sesuai intruksi dari pelatih kami, saya memainkan 5 anak yang telah dipilih, sedang 2 yang lain harus bersiap dari bangku cadangan. Setelah beberapa instruksi dari wasit, akhirnya pertandingan dimulai.
Pertandingan dimulai dengan baik, anak-anak bermain sesuai dengan intruksi yang sebelumnya saya berikan dan PPA Klaten pun juga melakukan demikian. Permainan berimbang dan tidak ada yang terlihat dominan, kami saling berganti dna dalam melakukan penyerangan.
Gol yang ditunggu akhirnya terjadi juga, silih berganti pula. Kami saling berbalas gol dengan PPA Klaten. Permainan juga sangat menghibur, anak-anak saling menghormati didalam lapangan. Jangankan bermain kasar, bermain keras-pun kedua tim tidak melakukan. Dari luar saya memberikan instruksi sembari berbincang dengan official PPA Klaten dan juga wasit. Kami bersukacita bersama. Namun sebelum babak pertama selesai, ada sedikit kejadian yang tidak bisa kami hindarkan, karena begitu kerasnya tendangan dari PPA Klaten, tangan dari kiper ketiga kami cidera. Untuk mencegah hal lebih parah, akhirnya saya menariknya dan mengganti dengan pemain lain. Ryan, tampak kesakitan dan hanya memegangi pergelangan tangan kirinya, khawatir akhirnya saya dan rekan lain membawa anak ke Rumah Sakit untuk mendapat perawatan lanjutan yang memadahi. Babak pertama selesai dengan skor sama kuat, 4-4.

Untuk babak kedua, saya khawatir dengan kiper pengganti. “Apa dia bisa?”
Pertandingan pun dimulai kembali, dan seperti sebelumnya permainanpun berjalan seimbang. Kami saling berbalas serangan dan saling berbalas gol. Pertandingan nampaknya akan diselesaikan dengan babak adu pinalti, hingga akhirnya ketika waktu tersisa 2 menit PPA Klaten berhasil mengungguli kami, dan hingga pertandingan selesai tim kami tidak bisa membalas gol tersebut. Pertandingan akhirnya dimenangkan PPA Klaten dengan skor 8-7. Permainan yang baik.
Sisi lain, saya sempat berbincang dengan official wasit, dan merka mengatakan “tim-mu mainnya sangat bagus mas, tapi saying kipernya kurang bagus, sehingga mudah kebobolan dengan gol yang simpel” saya pun mengangguk, karena menurut saya memang demikian yang terjadi dilapangan. Dan juga, saya hanya memainkan 6 dari 7 anak yang kami bawa, terntu saja ini membuat anak-anak kelelahan di akhir pertandingan.

Tapi sekali lagi, apapun yang terlihat, nyatanya PPA Klaten berhasil mengalahkan kami. Selamat untuk PPA Klaten

Diluar hasil akhir yang harus kami terima, saya begitu tertarik dengan respon anak-anak pasca pertandingan. Selama perjalanan pulang mereka bercerita tentang jalannya pertandingan, dari mulai gol-gol yang terjadi hingga tentang kelelahan mereka. Ada satu kejadian menarik yang menurut saya sangat lucu, ditengah pertandingan salah satu anak kami menyentuh bola dengan tangan, tentu saja ini “hands ball” dan seharusnya dinyatakan pelanggaran, tapi karena wasit tidak melihat jadi pertandingan tetap dilanjutkan. Diposisi ini anak saya seharusnya juga tetap dilanjutkan, tapi yang terjadi anak tersebut malah melepas bola dan mengaku kepada wasit jika bola terkena tangannya. Haduh, anak-anak.

Hal yang juga sempat membuat saya tersenyum adalah anak yang dicadangkan dan tidak mendapatkan kesempatan bermain pun bisa berbesar hati dengan keputusan ini dan rekan yang lain memberi dukungan semangat pada dia. Walau sebelumnya pelatih mengatakan kepada saya, bahwa anak tersebut memang tidak semahir rekan yang lain tapi dia adalah yang paling rajin. Mengagumkan
Tapi yang lebih menyenangkan dan melegakan bagi saya adalah ketika mereka sepakat mengakui jika Klaten memang pemenang dan mereka juga bersepakat untuk berlatih lebih giat untuk mempersiapkan diri di turnamen selanjutnya. Kata mereka “kalah boleh, tapi ga boleh loyo” . Membanggakan

Saya belajar tentang banyak hal yang penting.
Terkhusus tentang bagaimana cara anak bersikap atas kekalahan mereka dan ketidakberuntungan mereka. Hingga saya terkagum dengan respon anak terhadap hal tersebut. Anak bisa melihat dari sisi lain tentang kejadian yang mereka alami, entah hal baik dan terlebih hal buruh yang harus mereka terima.

Menjadi seperti apa anak-anak kelak, kita akan memegang andil yang cukup besar untuk membantu mereka menemukan nilai kehidupan yang benar dimata Allah. Kita membantu mereka menemukan kebenaran yang mantab dalam Kristus. Bahkan ketika diluar tampak begitu menakutkan, mencekam, dan mengancam kenyamanan mereka.

Anak kita perlu menyadari bahwa saat ini mereka hidup di tengah-tengah banyak ketidakpastian dan ketidakadilab.

Mereka yang paling pintar dan belajar paling rajin belum tentu mendapat nilai terbaik dalam sebuah test, adakalanya mereka akan kalah dengan yang beruntung ataupun yang curang

Mereka yang berlatih paling keras belum juga tentu menjadi juara dalam sebuah pertandingan, adakalanya mereka akan kalah dengan yang beruntung ataupun yang curang

Mereaka yang paling rajin beribadah, berdoa, atau berbuat baik juga belum tentu memiliki kehidupan yang berlimpah, kenyataanya mereka kalah mapan dengan yang jahat dan yang korupsi

Apa yang seharusnya dilakukan dengan keadaan yang seberti ini?

Ada pepatah mengatakan demikian, bahwa “ Hasil tidak akan pernah mengkhianati proses “, saya begitu setuju dengan pernyataan ini. Anak-anak kita perlu diberi kesempatan untuk melihat dunia ini dengan sebenar-benarnya, dengan segala kecurangan dan ketidakadilan yang sering kali malah menjadi nilai yang anut oleh banyak orang.

Mungkin tidaklah selalu salah jika pada satu kesempatan kita melakukan “pembiaran” ketika anak sedang berada dalam keadaan “dicurangi”, “kalah”, “terpuruk”, “terintimidasi”. Dengan kadar yang baik kita akan melihat respon anak akan stimulant tersebut, sembari kita menanamkan Nilai kebenaran kepada anak.

Entah kapan kita akan melihat anak-anak kita berhasil dengan pemahaman atas nilai kehidupan yang benar, tapi paling tidak kita dituntut untuk terus mengawasi anak berproses dengan peristiwa kehidupan yang mereka miliki. Tetap kita jaga tanpa harus melindungi anak dengan berlebihan, Tetap kita arahkan tanpa harus memanjakan anak secara berlebihan, tetap mendewaakan anak tanpa mengekang anak dengan ambisi pribadi kita.

Siapkah kita membantu mereka?

Read More >>
Technology Blog