Senin, 23 Mei 2016

KALAH? WHY NOT?

Beberapa hari yang lalu saya mendapat kesempatan untuk mengantar anak turnamen Futsal. Sedang ada Olimpiade Cluster untuk PPA se-Solo raya. Begitupun dengan anak-anak yang beberapa minggu sebelum pelaksanaan turnamen begitu bersemangat.

Saya sendiri sebenarnya tidak begitu paham dengan Futsal, hanya karena kebetulan pelatih anak-anak tidak bisa mendampingi maka saya yang harus menemani. Pelatih sebenarnya cukup yakin dengan kemampuan anak-anak untuk berbicara banyak pada turnamen kali ini, bahkan berkali-kali pelatih menekankan minimal anak akan masuk Final. Saya senang dengan rasa optimis yang dimiliki pelatih kami. Sembari kami berbincang, pelatih menyerahkan semua nama pemain Futsal serta siapa saja yang nanti akan turun pertama dalam pertandingan.

Anak-anak juga terlihat sangat antusias dan terlihat begitu siap dengan pertandingan yang akan dihadapi. Satu-satunya hal yang membuat pelatih khawatir hanya soal siapa yang menjadi Penjaga Gawang, anak yang biasa ada diposisi tersebut sekarang sudah kelas 1 SMA sehingga otomatis tidak bisa kami ikutsertakan mengingat batas peserta maksimal adalah kelas 3 SMP. Opsi kedua-pun tidak mesti berjalan dengan baik, karena kiper ke dua kami sudah jauh-jauh hari mengatakan jika pada hari pelaksanan kemungkinan tidak bisa ikut karena ada hal yang tidak bisa ditinggalkan. Akhirnya dengan terpaksa kami memainkan kiper ke 3 dan pemain yang dipaksakan menjadi kiper. Keseluruhan, dari jatah 10 pemain yang bisa didaftarkan, kami hanya mengirimkan 7 nama untuk bertanding.

Hari pertandingan pun tiba, kami bertanding dengan PPA dari Klaten dan kick off jam 17.00 WIB. Kami berangkat naik dengan menyewa angkuta ke lokasi Turnamen. Perjalanan terasa begitu lama dan jenuh, macet karena mungkin jam kami berangkat sama dengan jam pulang kantor. Saya duduk didepan sedang seluruh anak dibelakang. Sedari berangkat anak terus saja saling berbincang tentang strategi apa yang akan mereka gunakan nanti, siapa yang akan didepan, siapa yang akan menjadi eksekutor tendangan bebas, dan banyak hal. Dari depan sesekali saya hanya menengok kebelakang dan kembali menghadap kedepan dengan senyuman kecil. “ahh, ini hari besar bagi mereka” gumamku.

Sampai dilokasi, saya hanya memberikan instruksi sederhana pada anak-anak, agar mereka segera memakai sepatu dan melakukan pemanasan agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan. Anak-anak pun melakukan demikian, sedang saya harus menyelesaikan beberapa keperluan administrasi dengan panitia pertandingan dan wasit. 

Sesuai intruksi dari pelatih kami, saya memainkan 5 anak yang telah dipilih, sedang 2 yang lain harus bersiap dari bangku cadangan. Setelah beberapa instruksi dari wasit, akhirnya pertandingan dimulai.
Pertandingan dimulai dengan baik, anak-anak bermain sesuai dengan intruksi yang sebelumnya saya berikan dan PPA Klaten pun juga melakukan demikian. Permainan berimbang dan tidak ada yang terlihat dominan, kami saling berganti dna dalam melakukan penyerangan.
Gol yang ditunggu akhirnya terjadi juga, silih berganti pula. Kami saling berbalas gol dengan PPA Klaten. Permainan juga sangat menghibur, anak-anak saling menghormati didalam lapangan. Jangankan bermain kasar, bermain keras-pun kedua tim tidak melakukan. Dari luar saya memberikan instruksi sembari berbincang dengan official PPA Klaten dan juga wasit. Kami bersukacita bersama. Namun sebelum babak pertama selesai, ada sedikit kejadian yang tidak bisa kami hindarkan, karena begitu kerasnya tendangan dari PPA Klaten, tangan dari kiper ketiga kami cidera. Untuk mencegah hal lebih parah, akhirnya saya menariknya dan mengganti dengan pemain lain. Ryan, tampak kesakitan dan hanya memegangi pergelangan tangan kirinya, khawatir akhirnya saya dan rekan lain membawa anak ke Rumah Sakit untuk mendapat perawatan lanjutan yang memadahi. Babak pertama selesai dengan skor sama kuat, 4-4.

Untuk babak kedua, saya khawatir dengan kiper pengganti. “Apa dia bisa?”
Pertandingan pun dimulai kembali, dan seperti sebelumnya permainanpun berjalan seimbang. Kami saling berbalas serangan dan saling berbalas gol. Pertandingan nampaknya akan diselesaikan dengan babak adu pinalti, hingga akhirnya ketika waktu tersisa 2 menit PPA Klaten berhasil mengungguli kami, dan hingga pertandingan selesai tim kami tidak bisa membalas gol tersebut. Pertandingan akhirnya dimenangkan PPA Klaten dengan skor 8-7. Permainan yang baik.
Sisi lain, saya sempat berbincang dengan official wasit, dan merka mengatakan “tim-mu mainnya sangat bagus mas, tapi saying kipernya kurang bagus, sehingga mudah kebobolan dengan gol yang simpel” saya pun mengangguk, karena menurut saya memang demikian yang terjadi dilapangan. Dan juga, saya hanya memainkan 6 dari 7 anak yang kami bawa, terntu saja ini membuat anak-anak kelelahan di akhir pertandingan.

Tapi sekali lagi, apapun yang terlihat, nyatanya PPA Klaten berhasil mengalahkan kami. Selamat untuk PPA Klaten

Diluar hasil akhir yang harus kami terima, saya begitu tertarik dengan respon anak-anak pasca pertandingan. Selama perjalanan pulang mereka bercerita tentang jalannya pertandingan, dari mulai gol-gol yang terjadi hingga tentang kelelahan mereka. Ada satu kejadian menarik yang menurut saya sangat lucu, ditengah pertandingan salah satu anak kami menyentuh bola dengan tangan, tentu saja ini “hands ball” dan seharusnya dinyatakan pelanggaran, tapi karena wasit tidak melihat jadi pertandingan tetap dilanjutkan. Diposisi ini anak saya seharusnya juga tetap dilanjutkan, tapi yang terjadi anak tersebut malah melepas bola dan mengaku kepada wasit jika bola terkena tangannya. Haduh, anak-anak.

Hal yang juga sempat membuat saya tersenyum adalah anak yang dicadangkan dan tidak mendapatkan kesempatan bermain pun bisa berbesar hati dengan keputusan ini dan rekan yang lain memberi dukungan semangat pada dia. Walau sebelumnya pelatih mengatakan kepada saya, bahwa anak tersebut memang tidak semahir rekan yang lain tapi dia adalah yang paling rajin. Mengagumkan
Tapi yang lebih menyenangkan dan melegakan bagi saya adalah ketika mereka sepakat mengakui jika Klaten memang pemenang dan mereka juga bersepakat untuk berlatih lebih giat untuk mempersiapkan diri di turnamen selanjutnya. Kata mereka “kalah boleh, tapi ga boleh loyo” . Membanggakan

Saya belajar tentang banyak hal yang penting.
Terkhusus tentang bagaimana cara anak bersikap atas kekalahan mereka dan ketidakberuntungan mereka. Hingga saya terkagum dengan respon anak terhadap hal tersebut. Anak bisa melihat dari sisi lain tentang kejadian yang mereka alami, entah hal baik dan terlebih hal buruh yang harus mereka terima.

Menjadi seperti apa anak-anak kelak, kita akan memegang andil yang cukup besar untuk membantu mereka menemukan nilai kehidupan yang benar dimata Allah. Kita membantu mereka menemukan kebenaran yang mantab dalam Kristus. Bahkan ketika diluar tampak begitu menakutkan, mencekam, dan mengancam kenyamanan mereka.

Anak kita perlu menyadari bahwa saat ini mereka hidup di tengah-tengah banyak ketidakpastian dan ketidakadilab.

Mereka yang paling pintar dan belajar paling rajin belum tentu mendapat nilai terbaik dalam sebuah test, adakalanya mereka akan kalah dengan yang beruntung ataupun yang curang

Mereka yang berlatih paling keras belum juga tentu menjadi juara dalam sebuah pertandingan, adakalanya mereka akan kalah dengan yang beruntung ataupun yang curang

Mereaka yang paling rajin beribadah, berdoa, atau berbuat baik juga belum tentu memiliki kehidupan yang berlimpah, kenyataanya mereka kalah mapan dengan yang jahat dan yang korupsi

Apa yang seharusnya dilakukan dengan keadaan yang seberti ini?

Ada pepatah mengatakan demikian, bahwa “ Hasil tidak akan pernah mengkhianati proses “, saya begitu setuju dengan pernyataan ini. Anak-anak kita perlu diberi kesempatan untuk melihat dunia ini dengan sebenar-benarnya, dengan segala kecurangan dan ketidakadilan yang sering kali malah menjadi nilai yang anut oleh banyak orang.

Mungkin tidaklah selalu salah jika pada satu kesempatan kita melakukan “pembiaran” ketika anak sedang berada dalam keadaan “dicurangi”, “kalah”, “terpuruk”, “terintimidasi”. Dengan kadar yang baik kita akan melihat respon anak akan stimulant tersebut, sembari kita menanamkan Nilai kebenaran kepada anak.

Entah kapan kita akan melihat anak-anak kita berhasil dengan pemahaman atas nilai kehidupan yang benar, tapi paling tidak kita dituntut untuk terus mengawasi anak berproses dengan peristiwa kehidupan yang mereka miliki. Tetap kita jaga tanpa harus melindungi anak dengan berlebihan, Tetap kita arahkan tanpa harus memanjakan anak secara berlebihan, tetap mendewaakan anak tanpa mengekang anak dengan ambisi pribadi kita.

Siapkah kita membantu mereka?

Read More >>

Selasa, 29 Desember 2015

Kita Sama

Nama saya Fajar Christian, saya lahir pada 6 November 1988, dan saya tinggal di Solo.

Saya akan bercerita tentang bagian kehidupan yang akan terus melekat dan akan terus menjadi kisah bagi saya. Tentang sebuah perjuangan kehidupan….

Saya lahir dalam kondisi keluarga yang biasa saja, jika boleh memilih kata yang lain akan saya katakana jika keluarga saya berada pada garis kemiskinan. Saya anak bungsu dari 6 saudara yang lain. Ketika itu Ayah saya hanya menjadi pelukis tradisional sedang Ibu saya hanya menjdai seorang penjahit dan kami tinggal pada sepetak rumah kontrakan kecil. Cukup menyedihkan? Tidak sama sekali

Saya terlahir dalam kondisi cacat fisik, kaki saya tidak berfungsi sebagaimana seharusnya. Keadaan yang semasa kecil tidak pernah benar-benar bisa saya mengerti. Keadaan yang membuat saya merasa berbeda dengan teman sebaya saya waktu itu. Saat yang lain sudah bisa berlari, saya masih harus belajar berjalan dengan kedua orang tua dan kakak-kakak saya. Saat yang lain sudah mulai begitu ceria mengendarai sepeda utnuk pertama kalinya, saya hanya bisa melihat dibalik jendela dan sesekali merasa iri mengapa saya tidak bisa seperti mereka. Keadaan yang sering membuat saya terpuruk sendiri di masa kecil saya.

Saya beruntung memiliki sosok ibu yang begitu luar biasa mencintai saya, ditengah semua beban kehidupan yang harus beliau usahakan, saya masih bisa merasakan cinta yang begitu penuh dari beliau. Fajar kecil begitu dimanja dan dijaga oleh ibu yang hebat.
Masa sekolah menjadi bagian waktu yang berbeda rasa dalam tiap kejadian yang saya alami. Masa saya berada di Sekolah Dasar terasa sangat berat, saya yang biasanya tidak pernah lepas dari pengawasan orang tua (terutama ibu) harus mulai belajar mandiri. 6 Tahun yang saya alamai di SD? Saya tidak bisa mengingat semua detail kejadian, tapi ada beberapa hal yang sampai sekarang masih saya ingat dan saya fikir akan terus saya bawa.

Seperti anak SD pada umumnya, seharusnya kami memiliki masa bermain dan belajar yang menyenangkan dengan teman sebaya, tapi apa saya mendapatkan itu? Tidak. Saya merasa begitu tersudut dengan ejekan dari teman-teman saat itu, tentu karena cacat fisik yang saya miliki. Saya masih ingat ketika saya sampai menangis karena diejek seperti itu, saya masih ingat ketika beberapa guru memarahi teman yang mengejek saya dan berusa menenangkan saya. Terasa begitu sakit dan membuat saya marah. Hal yang tidak jauh berbeda juga saya alami ketika berada di bangku SMP. Fajar saat itu adalah Fajar yang cengeng dan begitu sensitive, terlebih menjadi Fajar yang penyendiri dan tidak bisa berkembang. Tidak memiliki banyak teman dan lebih suka menghabiskan waktu dengan buku pelajaran dan beberapa buku komik Doraemon waktu itu.

Seiring dewasa tidak banyak tekanan dari luar yang saya terima, mungkin karena semakin dewasa juga teman-teman seiring pertambahan usia sehingga cacat fisik tidak dijadikan sebagai olokan bagi saya seperti di SD atau SMP.
Tapi justru di masa SMA ini terjadi peristiwa yang begitu memojokkan saya. Saya yang terlahir dlam kondisi cacat, saya yang tidak sampai usia SMA tidak bisa naik sepada, saya yang masih belum bisa benar-benar bangkit. Pada awal 2005 atau kelas 1 SMA semester 2, hal yang tidak pernah saya duga terjadi, saya nyaris lumpuh total. Begitu gelap dan menyakitkan ketika saya harus mengingat dan kembali ke masa itu. Secara medis, ini terjadi karena ada kerusakan di tulang belakang. Keluarga sudah mengupayakan dengan maksimal, mulai dari medis modern hingga pengobatan tradisional, smua nihil. Saya begitu terpukul, saya begitu tersakiti dengan keadaan tersebut. Saya begitu marah kepada Tuhan dengan semua, saya menggugat Tuhan dengan bertanya apakah cacat saya selama ini belum cukup membuat saya menderita dan mengapa saya harus sampai tidak bisa berjalan seperti ini. Saat seharusnya saya menikmati masa muda seperti yang lain, saya harus terpuruk lagi. Saya menjadi semakin rapuh. Saya menjadi iri dengan hal-hal yang tidak masuk akal, ketika melihat keluar jendela kelas, saya iri pada teman-teman yang bisa berlari kesana kemari sedang untuk berjalan pun saya tidak bisa.
Tapi saya bersyukur, perjuangan 2 tahun dengan tidak bisa berjalan telah membuat saya saya belajar banyak hal tentang arti kehidupan. Tentang betapa berharganya kehidupan yang sudah Tuhan berikan bagi saya. Tentang arti berjuang sebenarnya, berjuang bukan demi diri saya sendiri tapi juga demi Orang Tua saya.

Sekali lagi, sangat gelap jika saya harus mengingat masa itu, tapi saya bersyukur untuk semua proses yang telah saya alami.

Suka tida suka, para penyandang difabel sering mendapat intimidasi sosial secara otomatis. Sering dipandang sebelah mata, sering dinomor duakan, bahkan sering tidak dianggap. Tapi bukankah seharusnya diskriminasi seperti ini tidak boleh ada?

Saya senang saat ini Solo sudah sangat layak untuk mulai mengupayakan kesetaraan antara warga yang “normal” dengan para kaum “difabel”. Secara sederhana dapat dilihat dari kerja Pemerintah Daerah yang menyediakan fasilitas pendukung bagi kaum difabel, seperti halte, ruang public, atau fasilitas umum lainya. Kantor atau lapangan kerja yang adapun saya yakini sudah tidak lagi diskriminasi, asal sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan, saya percaya para kaum difabel juga memiliki kesempatan bersaing yang sama untuk diterima bekerja.

Mengingat kembali ke masa sekolah saya, saya berharap sekolah saat ini juga mulai memberikan hak dan kewajiban yang sama kepada seluruh siswa tanpa ada pembeda dengan alasan apapun, guru juga dituntut untuk berlaku adil dengan semua siswanya.

Saat ini saya bekerja sebagai Staff di PPA Berea GKI Sorogenen. Lembaga yang bergerak di bidang sosial dengan membantu anak-anak miskin untuk dapat terus bersekolah. Sedang kesibukan sehari-hari saya aktif sebagai seorang pemain music gereja di GKJ Jebres.

“Kami sama sepertimu, ajak kami berjuang untuk kehidupan yang lebih baik”
“fajar christian”
Read More >>

Senin, 30 Maret 2015

SAYA PENCURI

Tidak seperti biasanya, hari ini saya berangkat ke kantor dengan perasaan yang tidak begitu menyenangkan. Hati saya cukup terganggu pagi ini, terasa sangat enggan untuk ke kantor. Setelah beberapa hari yang lalu Ibu saya harus opname karena Vertigo, hari ini beliau memiliki jadwal kontrol lagi untuk melakukan terapi kerumah sakit. Ada hal yang sangat sulit untuk saya jelaskan, inti yang membuat saya sangat kalut adalah ibu tidak ada yang mengantar untuk kontrol. Saya dan semua sanak tidak bisa mengantar.

Sampai dikantor saya masih tidak nyamand dengan yang terjadi. Saya terus coba kontak rumah untuk memastikan beliau bisa kontrol ke RS tidak sendirian dan ada yang menemani. Beberapa kali telpon saya kepada beliau berakhir pada mail box dari HP jadul beliau. Saya terus mencoba hingga akhirnya beliau menjawab dan memastikan beliau kontrol ke RS ditemani oleh tetangga yang sudah seperti saudara sendiri bagi keluarga kami. Beliau berjalan kaki, dan beliau yakin ini tidak menjadi masalah. Jarak rumah dari RS memang tidak begitu jauh, ditengah kekuatiran saya tidak ada yang bisa saya lakukan selain percaya penuh kepada usaha yang beliau paksakan agar saya yakin. Cepet sembuh simbok (ibug)

Hari ini saya harus belanja perlengkapan untuk kebutuhan Futsal anak-anak PPA. Saya sendiri masih malas membuka tas yang saya bawa, hanya sesekali mengusap layar HP tanpa tahu harus membuka aplikasi apa. Saya menunggu Pak Teguh (tutor Futsal di PPA) yang juga belum nampak. Hingga akhirnya Mb Bekti (Bendahara PPA) mengagetkan saya, “Pak, uangnya tak kasih sekarang ya, soalnya saya mau keluar” saya cuma mengangguk pelan “iya”. Mb Bekti memang harus keluar juga karena harus membeli beberapa keperluan kantor yang harus disegerakan.

Tidak begitu lama lama Pak Teguh datang, kami sempat sebentar mengobrol mengenai kemana kami akan belanja dan apa saja yang akan saya belikan. Kamipun segera berangkat, karena matahari tampak semakin meninggi, panas.

Sepanjang perjalanan kami tidak berbicara banyak. Hanya beberapa kali kami berbicara mengenai kegiatan futsal yang anak anak-anak lakukan di PPA, tentang Barcelona yang menjadi tim favorit beliau sedang saya tentu masih membanggakan Juventus, klub favorit saya yang hari ini jerseynya juga saya kenakan. 

Karena tidak begitu jauh, kamipun sampai di Toko Olahraga yang dimaksud. Parkiran didepan toko masih terlihat sepi, hanya ada 2-3 motor yang terparkir dengan payung kardus bekas diatas jok nya. Kami segera turun dan mulai memasuki toko.

Suasana Toko tersebut terlihat sibuk, banyak pegawai yang lalu lalang sedang hanya ada pembeli yang terlihat disudut toko yang sedari tadi sibuk memilih jaket olahraga. Hari ini kami berencana memenuhi kebutuhan Futsal anak-anak PPA. Kami akan membeli kostum dan sepatu untuk anak-anak PPA yang selama ini selalu berlatih tanpa sepatu. Saya hanya yakin, mungkin ini sakit.

Rencana saya hanya menemani belanja dan jika selesai segera saya bayarkan, saya tidak berminat tanya ini dan tanya itu untuk memilih kostum futsal dan sepatu yang dimaksud. Disudut ruangan, pak Teguh masih sibuk mencari sepatu yang paling pas untuk anak-anak. Dia berbincang dengan pegawai toko yang masih seperti anak-anak, dan saya menebak mungkin baru saja lulus SMA. Saya sendiri hanya berdiri didekat rak sepatu bola lapangan yang tidak begitu ramai, dari situ saya melihat pak Teguh mengangguk-anggukan kepala atas apa yang dikatakan pegawai, saya sendiri tidak tahu pasti yang mereka bicarakan. Sesekali pak Teguh bertanya kepada saya mengenai macam-macam sepatu yang ada “bagus yang mana mas? yang hitam apa yang putih?” saya yang tidak begitu tahu tentang hal ini hanya berusaha menjawab seadanya dengan sedikit tersenyum “bagus yang hitam pak” Pak Teguh masih sibuk nego dengan pegawai toko.

Sedari tadi saya hanya iseng pegang sepatu, melihat-lihat, dan memang tidak berniat sama sekali untuk membeli. Bagus-bagus memang sepatu yang ada, warnanya juga bagus, dalam hati kecil hanya berbisik “ahh, sayang, saya tidak mungkin bermain sepak bola” Pak Teguh memanggil saya dan saya menghampiri beliau yang sudah berpindah disisi toko yang lain “Dibelikan kaos kaki sekalian ya mas? yang warnanya apa ya mas?” sekali lagi saya hanya menjawab seadanya “iya pak sekalian saja, yang warna putih bagus pak, netral, dikasih sepatu warna apa saja pasti cocok” dan pak Teguh maeng iya kan jawaban saya. Akhirnya sudah ada 12 Sepatu dan 12 Kaos kaki yang mantab kami pilih. Sedang Pegawai toko sibuk mencari plastik besar untuk membungkusnya. 

“Sekarang cari kostum mas” saya hanya bergumam “eem” dan kami beranjak keruang sebelah yang masih satu toko. Sejauh mata memandang hanya begitu banyak kaos olahraga yang digantung rapi di tempok ruangan. Warnanya juga bagus-bagus. Diruang ini saya lebih antusias dari pada di ruang sebelah tadi. Saya berjalan sembari sesekali memegang kaos yang ada, memilah mana yang menurut saya bagus. Pak Teguh kemudian mendekati saya dan bertanya mana baju yang cocok untuk anak-anak. Mata saya mulai melirik kiri dan kanan, dan memberikan masukan ke pak Teguh.

Tiba-tiba saya teringat pesan dari Mb Bekti tadi, bahwa setelah melakukan transaksi maka harus minta dibuatkan kwitansi resmi dari toko yang ada meterai dan dibubuhi tanda tangan serta stempel lunas dari Toko. Dan yang jadi masalah, saya lupa dengan yang mb Bekti pesankan kepada saya. Segera saja saya telpon Mb Bekti, berkali-kali dan tidak direspon. “Ahh, pasti masih dijalan”, saya terus mencoba hingga akhirnya di ujung telpon suara mb Bekti menyapa. Suaranya tidak begitu jelas karena riuh suara kendaraan dibelakangnya. Saya bertanya dan mb Bekti menjelaskan kemabali. Saya hanya mengangguk tanda mengerti atas yang dijelaskan

“ini bagus apa tidak mas?” tanya pak Teguh mengagetkan saya sembari menunjukan sepotong kaos olahraga berwarna Biru Langit, “bagus pak” jawab saya. Setelah lama memilah dna memilih akhirnya kami sepakat memilih kaos dengan corak minimalis berwarna “Hijau Muda”. “Wah, keren ya mas”

Setelah semua yang kami cari sudah kami dapatkan, kami disodori nota pembayaran yang harus saya bawa ke kasir untuk mengambil barang yang sudah kami pilih. Disinilah sebenarnya alasan mengapa saya harus menemani pak Teguh belanja. Iya, saya yang membawa uang dari bendahara.

Mb Bekti menitipkan uang yang dimasukan dalam tas kecil lucu dan imut, didalamnya ada juga beberapa lembar materai dan pulpen merah. Beberapa lembar uang biru 50 ribuan sudah ditata rapi dalam tas tersebut. Tiba-tiba saya menjadi “cantik” :)

Setelah petugas kasir mengitung seluruh barang akhirnya muncul nominal akhir dari pembelian. Habisnya lumayan banyak, hampir sekitar 2 juta rupiah. Saya pun duduk dikursi biru yang terlihat sudah rapuh dan seolah saya harus sangat berhati-hati duduk disana. Dari tas kecil itu, saya mengeluarkan sejumlah uang yang harus saya bayarkan. Saya menghitung dengan sangat berhati-hati, setelah itu saya serahkan pada petugas kasir yang selanjutnya menerawangkan uang yang saya berikan pada lampu led berwarna ungu, guna memastikan uang yang saya berikan adalah asli. Dan transaksi sudah saya selesaikan.

Sesuai dengan peraturan yang ada, bahwa pembelian dengan nominal di atas Rp 1.000.000 maka kami harus menyediakan bukti kwitansi bermaterai senilai 6.000. Hal ini sederhana, dan sayapun melakukan demikian.

Saya meminta kepada petugas kasir untuk menuliskan kwitansi yang sudah saya siapkan beserta dengan materai 6.000 yang sudah tertempel rapi di pojok kanan kwitansi. Saya berasumsi tentu yang saya jelaskan sudah cukup bisa dipahami, apalagi ini hanya pengisian kwitansi sederhana. “Namanya siapa mas”? saya singkat menjawab “Fajar mb”, kemudian dia melanjutkan menulis di kwitansi. Saya pun tidak terlalu memperhatikan kelanjutan dari yang petugas kasir tuliskan. Dan setelah membubuhkan tanda tangan dan stempel pada kwitansi, saya kembali disapa. “ini mas sudah”. Saya menerima kwitansi dan saya heran dan terkejut, karena nominal belanja yang saya lakukan tidak ditulis dalam kwitansi tersebut
“lhoh mb, ini nominalnya kok tidak ditulis?” tanya saya heran
“emm, harus ditulis ya mas? biasanya yang lain mereka yang menuliskan sendiri angkanya”

Saya baru sadar saya tengah terjebak pada situasi kecurangan masiv yang sudah sering terjadi disana. Tanpa perlu detail saya jelaskan tentu kita sudah tau apa yang saya alami. Petugas kasir berfikir jika saya hendak bermain dengan nominal rupiah yang ada di kwitansi tersebut. Mungkin dalam benaknya, saya menyodorkan kwitansi bermaterai agar saya bisa melakukan mark-up anggaran, sehingga saya memperoleh keuntungan pribadi.

Apa yang salah? Siapa yang salah? Mengapa ini terjadi?

Saya tidak bisa mengetahui secara detail apa yang sebenarnya terjadi dan saya tidak pernah tahu sejak kapan tradisi ini mulai dihidupi oleh banyak orang. Bagi saya, ini menjadi lahan basah yang sangat kotor. Disini banyak keuntungan pribadi yang dikerjakan namun banyak dosa yang dimaklumkan. Nilai kehidupan seolah ikut bergeser dengan perlahan namun pasti terjadi. Hal baik yang harusnya dilakukan setiap orang pun mulai disingkirkan.

Mungkin bukan hal yang mencengangkan lagi, mendengar kata korupsi bukanlagi menjadi keheranan bagi kita dimasa kini, bahkan masyarakat pinggiran-pun sudah sangat akrab dengan kata ini. Tentu yang saya alami siang ini bukan sebuah kejahatan “kakap” dengan banyak nominal yang dipermainkan, tapi bukanlah itu tetap menjadi sebuah dosa dan kesalahan? 

Hal ini begitu mengusik saya, apakah semua orang sudah kalah dan terjebak dalam lingkaran dosa ini? dan apakah tidak adaorang lagi yang perduli jika ini adalah sebuah kejahatan?

Tentu, saya tidak menganggap diri saya hebat atau suci, tidak sama sekali. Hanya saja saya merasa jika ini adalah sebuah kesalahan yang sangat bertentangan dengan nilai kebenaran yang selama ini saya yakini. 

Keberanian yang saya lakukanuntuk menolak ini tidak akan bisa mengubah kejahatan masiv ini, tidak akan merubah apapun. Tapi yang jelas, saya melakuakan ini karena saya yakin yang saya lakukan adalah hal yang baik dan benar.

“maaf mb, ditulis saja sesuai harganya” jawab saya

Lalu petugas kasir menulis nominal yang sesuai dengan nota asli. Saya memanggil pak Teguh yang masih melihat-lihat sepatu di ruang sebelah dan mengajak beliau pulang ke PPA. Kami melangkah keluar ke parkiran dan disambut oleh tukang parkir yang nampak sudah cukup tua.

“berapa pak?” tanya saya

“1.000 mas” jawab beliau

Sembari saya memberikan 1 lembar uang 2.000 an...

Dalam perjalanan pulang saya menggumam dalam hati “maaf mb, saya bukan pencuri”








Read More >>

Rabu, 22 Oktober 2014

Dengarkan Saya

Teringat..beberapa waktu lalu saya mendapatkan kesempatan untuk melakukan kegiatan sosial pengobatan gratis oleh sebuah klinik. Program pengobatan gratis yang dibidani oleh Jamsostek. Jadi selama 2 hari saya bersama beberapa rekan pimpinan dr. Sih Astuti melakukan tugas ini. wah pasti sangat menyenangkan. Kami segera berbagi tugas. Secara garis besar kami dibagi kedalam 4 bagian yakni Pendaftaran, Timbang dan Tensi, Pemeriksaan Dokter, serta Pengambilan Obat. Saya sendiri bertugas di bagian pendaftaran. Ah menyenangkan sekali pasti

Semua menjadi sedikit diluar prediksi saya. Selama dua hari, saya sangat mengalami kelelahan yang luar biasa. Semua jadi pegal, capek, males, dsb. Tapi overall saya sangat menikmati semua.
Ada kejadian lucu lho yang saya alami. Saya dibagian pendaftaran, dan salah satu tugas yang harus saya lakukan adalah menanyakan kepada pasian mengenai alergi obat yang dimiliki, agar nanti bisa ditangani lebih khusus jika memang memiliki alergi terhadap obat. Dan beruntungnya kejadian ini saya nikmati dalam 2 percakapan tentang alergi obat pada pasien yang sudah sangat tua. Begini kurang lebih kedua percakapan itu
///////////////////
Saya : “mbah, gadhah alergi kaliyan obat mbah?” – “mbah, apakah anda memiliki alergi obat?”
Pasien 1 : “niki, tangan kula gathel-gathel trus awake keju kemeng” – “ini mas, tangan saya gatal-gatal dan badan saya pegal linu”
Saya : ………………………
Pertanyaan saya mengenai alergi obat yang dimiliki bukan keluhan yang sedang dirasakan
////////////////////
Saya : “mbah, yuswanipun pinten?” – “mbah, usia anda berapa?”
Pasien 2 : “mbah Karman, sak niki sampun seda” – “mbah Karman, sekarang sudah meninggal”
Saya : …………………….
Saya bertanya berapa usia pasien tapi jawaban yang diberikan adalah nama suaminya yang sudah meninggal
//////////////////
Dari dua pertanyaan tadi mungkin benar jika da kemungkinan saya salah metode dalam menyampaikan pertanyaan dan juga bisa mungkin bahwa pasien tidak mendengarkan apa yang saya tanyakan. Tapi intinya adalah satu yakni TIDAK ADA KOMUNIKASI YANG BAIK
Bro..sist..
Ini tentang mendengar…
Seolah secara otomatis kita dilahirkan untuk menjadi seorang pembicara yang ulung daripada menjadi seorang pendengar yang baik. Kita terbiasa untuk banyak bicara dan menginginkan orang lain untuk diam mendengar serta menyimak semua kalimat yang keluar dari mulut kita. Apa benar? Renungkanlah. Ini terjadi terus menerus dan berkesinambungan. Lantas kemudian saya berfikir, apa ini yang kemudian membuat kemampuan kita mendengar menjadi menurun? Entahlah
Dan dari itu semua, kita diharapkan tidak menumpulkan kemampuan mendengar kita. Ada baiknya kita bersedia untuk memberikan telinga dan waktu kita ketika ada orang lain yang tengah bercerita, berbagi kisah, atau berbicara. Karena ini adalah kebutuhan, kita semua, INGIN DIDENGARKAN……..
Read More >>

Secuil Remah Cerita dari acara Nongkrong Bareng

Melakukan hal baru di tempat yang baru selalu menjadi satu hal yang menyenangkan. Walau mungkin saja kita sudah sering melakukan ditempat yang lain.
Misal saja, mungkin pas kita lagi makan bakso dipinggir jalan itu, rasanya pasti ya normal-normal saja dan tidak ada yang spesial. Tapi jika kita makan baksonya di tengah jalan? masih biasa-biasa sajakah? tentu lebih penting untuk berfikir bagaimana bisa selamat dari ancaman bus yang lalu-lalang di jalan (kenapa juga kita makan bakso ditengah jalan – iya, saya mengigau)
Maksudnya tentu akan ada rasa canggung dan grogi jika kita harus melakukan hal baru di tempat baru, rasanya begitu asing.
Seperti yang baru saja saya lalui. Main musik akustik di acara Nongkrong Bareng dalam rangka Bulan Keluarga di GKI Sorogenen.
Entah karena apa dulu saya mengiakan ketika pak Anwar punya konsep untuk acara tersebut diisi dengan musik akustik sebagai Home Band itu. Yah, jika pernah ke cafe atau lihat Bukan Empat Mata, ILK, OVJ atau apalah. Jadi ada musik pengiring ketika nanti jemaat nongkrong, makan-makan, dan ngobrol di gereja.
“Oke, sip” jawab saya dengan semangat 45 ketika pak Anwar menawarkan ini kepada saya.
“tenanan lho dhe, musik akustik digarap sing apik” kata pak Anwar menegasgan
“Hmmm”
Dalam hati saya ini bukan hal yang susah, ini bukan hal yang benar-benar baru bagi saya. iya, di Gereja saya berjemaat, GKJ Jebres, saya sering juga melakukan ini. Bareng adhek-adhek remaja di GKJ Jebres saya biasa main musik akustik sembari menemani jemaat yang menikmati jamuan makan di Perjamuan Kasih setelah ibadah. Rasanya biasa, tidak membuat saya dek-deg na, apalagi sampai mimisan (lhooo). Mulai dari pegang gitar, Bass, atau bahkan vocalis. Biasa
Beberapa waktu yang lalu saya juga pernah main di salah satu restoran ternama di Solo, D’Colonels. Waktu itu tidak ada rasa grogi berlebihan ketika main akustik bersama #hashtag (nama band saya). Biasa saja

Dan sejujurnya setelah hanya kurang dari 1 minggu acara nongkrong bareng tersebut. Sibuknya pekerjaan dikantor dan kesibukan di GKJ Jebres seolah membuat saya lupa dengan acara ini.
Hanya konsep yang sudah saya fikirkan waktu itu. Ahh, nanti akan saya kerjakan seperti yang sering saya lakukan. Bermain dengan posisi 1 Keyboard, 1 Gitar, 1 Kajon, 1 Bass, 1 Vocalis, 2 Mangkuk Mia Ayam, 1 gelas es Teh.. (lhoooo- iya, saya mengigau lagi)
Sedang untuk lagu nanti gampanglah, paling hanya lagu yang biasa juga saya bawakan waktu main Akustik di GKJ Jebres. Lagu Allah Sumber Kuatku dan Mengejar HadirMu selalu jadi andalan untuk acara ini.

Tugas kedua adalah menentukan siapa yang akan saya ajak join dalam grup ini. Semula saya mau ajak pak Anwar yang main bass, tapi malah takut pas main nanti gitar yang harusnya dimainkan malah digambar motif bunga sama pak Anwar. Atau juga mau mengajak pak Ari Basuki untuk jadi vocalis, tapi takutnya waktu pas harusnya nyanyi pak Ari Basuki malah duduk masin didekat meja makan, horor deh. Mau mengajak mas Hendikus yang pandai main gitarpun tidak jadi, karena kata pak Anwar, mas Hendrikus akan bawa renungan diacara tersebut, saya urungkan, takut kualat hihihi.
Hingga akhirnya nama anak PPA yang itu-itu juga yang langsung masuk dalam target sasaran. Jadi final formasi dalam grup ini adalah Lisa yang akan menjadi ujung tombak sebagai Vocalis, Toro akan menyayat gitar, Inu akan membetot bass, Nando akan menyiksa kajon dengan menduduki dan menggebukinya , sedang saya akan memainkan licik-icik sambil menari, tapi belakangan saya urungkan karena saya tidak punya licik-icik dan saya takut di jewer pak Anwar jika aneh-aneh, akhirnya saya yang jadi Keyboardist.

Dan parahnya, diantara mereka yang saya pilih, saya hanya menghubungi Toro dan Inu untuk main bareng, sedang yang lain tidak saya kontak. Ceroboh..
Saya dan Toro sepakat secara lisan untuk bisa latihan bersama minimal sekali untuk mengenal lagu-lagu yang akan dibawakan. Dan hari Kamis atau Jumat kami sepakati.
Hari berganti hari, jam berganti jam, menit berganti menit, detik berganti detik, dan saya belum berganti menjadi Vidi Aldiano (lhoooo) Tapi ternyata semua diluar rencana yang saya dan Toro telah sepakati. Hari Kamis saya tidak bisa karena ada salah satu anak PPA yang sudah berpulang ke Rumah Bapa karena sakit DB (mari sejenak kita mengheningkan cipta selama 1 menit sebelum membaca kelanjutan cerita saya)
..............................................................................................................................................................................................................................................................................
 Sedari pagi saya dan bu Tika sudah dirumah duka, dan dari siang sampai sore saya dan rekan PPA yang lain ada diupacara kematian anak PPA tersebut. Sepulang dari acara itu saya merasa tidak enak badan, saya menduga ini karena adanya reaksi ketika saya kepanasan di TPU ditambah minum es buah di seberang jalan setelahnya. Gagal latihan
Hari Jumat, latihan kembali gagal. Siang itu BBM saya berbunyi dan si Toro nampaknya mulai panik karena kami belum persiapan sama sekali

“kak, latihannya kapan”

Saya tidak “R” BBM Toro, karena tidak tahu harus menjelaskan apa.
Sedari pagi saya dan bu Tika harus menghadiri pertemuan PPA Cluster Solo di Joyotakan. Fikir saya setelahnya saya bisa latihan dengan teman-teman, tapi gagal lagi. Saya jam 3 harus menghadiri upacara pemberkatan nikah teman PPA di GBIS Sambeng, dan sampai dirumah sudah cukup sore. Gagal latihan (lagi)

Saat itu Toro mungkin sedang gondok, si Inu sedang melihat HP nya dengan penuh harapan menunggu mendapat kabar konfirmasi latihan dari saya. Sedang Lisa dan Nando tidak tahu ancaman rasa malu yang akan mereka hadapi di acara tersebut.

Hal ini yang sebenarnya menjadi awal dari ke-grogian saya. Saya belum latihan dengan grup akustiknya. Semua jadi nampak horor, kekuatiran muncul. Benar jika saya juga main akustik di GKJ Jebres dan main akustik bersama #hashtag, tapi Ian bersama mereka latihan, dan ini tidak.
Saya jadi khawatir sendiri dan membayangkan hal-hal buruk yang mungkin saja terjadi.
Bagaimana jika anggota grupnya tidak hadir semua? apakah akhirnya grup akustik fenomenal akan terbentuk? Saya, mas Hendrik, pak Anwar, dan pak Ari Basuki. Ahh, saya berharap agar grup ini tidak terbentuk. Kami nampaknya lebih cocok jadi BoyBand ala K-Pop dari pada grup akustik yang menjadi Home Band sebuah acara seperti ini.

Bagaimana kalau besok hujan? apa kami harus memakai jas hujan plastik Merk Gajah Duduk ketika main musik? atau Nanti pak Anwar harus memayungi kami berlima yang main musik ketika tampil? Tuhan jangan hujan

Bagaimana jika besok ada yang request lagu dadakan dalam acara tersebut dan kami tidak bisa? Apakah saya harus berpura-pura amnesia? Agar mereka tidak jadi request lagu?
Bagimana jika pak Anwar berubah menjadi Power Rangers merah yang doyan makan sate ayam? (iya-iya, yang ini bohong)

Sip, cukup jadi alasan yang pas untuk saya tidak bisa tidur tenang malam itu...

hatching, hatching, hatching

bukan, bukan saya yang bersin, ini suara ringtone sms di HP saya. Sekitar pukul 3 Sore pak Anwar sms saya

“dhe Ike sound’e wes tak toto, koe rene jam piro?”

“yo dhe, kosik aku jik nunggu omah, dilit ngkas aku mrono”

Saya berencana untuk datang di acara Nongkrong Bareng tersebut sekitar jam 4. Dalam fikiran saya, sesampainya jam 4 di sana, saya akan segera chek sound dan latihan sebentar dengan Lisa, Toro, Inu, dan Nando.

Tapi sms pak Anwar memaksa saya untuk datang lebih awal. Hingga saya tidak sempat untuk mandi terlebih dahulu dan hanya membawa sabun cuci muka. “Ah gampang, nanti tidak usah mandi, cuci muka saja” dalam hati

Selama perjalanan saya masih saja khawatir dengan acara nanti. Apalagi cuaca sore itu agak mendung gelap disertai angin kencang. Jika benar-benar hujan, saya khawatir nanti harus main musik sembari dibungkus jas hujan plastik.

Sampai di Gereja saya sempat takjub dengan yang saya lihat. Tenda kajang sudah berdiri dengan gagah dan tampak begitu kuat auranya. Sejujurnya saya mulai grogi.

“Pak nanti kita maen dimana pak?” tanya saya kepada pak Joko yang sedang menyapu halaman.

“Di sana mas” sembari menunjuk mini stage yang ada di dekat ayunan.

Saya mendekati mini stage yang tampak membuat saya kagum dalam hati. Dibawahnya dipasang lampu neon juga, sedang background putih dengan tanaman dalam pot susun pada kawat besi yang nampak gagah. Semakin saya senang ketika disegkitar mini stage ada daun-daun yang berserakan yang membuat suasana jadi semakin membuat saya bersemangat. Keren sekali
Sedang pak Joko malah membersihkan serakan daun yang berguguran itu (ya iya lah)

Saya langsung bergegas mencari komandan dari acara ini. “Dimana pak Anwar?” saya mencari dan tidak menemukan beliau. Di kantor? tidak ada, Di Gereja? tidak ada, DI ruang atas? tidak ada juga. Bahkan dibawah pot pak Anwar juga tidak ada (lagipula kenapa pak Anwar harus dibawah pot?) Belakangan saya mengetahui jika pak Anwar sedang mandi.

Saya bersegera mempersiapkan semua peralatan yang dibutuhkan untuk acara ini. Sound sudah dipersiapkan dan ditempatkan di samping kiri mini stage yang ada. Saya masih sibuk mondar-mandir ketika sadar jika pintu kantor dalam dalam keadaan terkunci rapat. Sedang bass dan kajon yang akan digunakan tertata manis didalam ruang yang terkunci rapat tersebut.

Segera saja saya menjadi panik. Kunci utama di bawa oleh Bapak Setyabudi dan kunci cadangan di bawa oleh Bapak Ari Kardono. Posisinya, pak Setyabudi belum datang dan pak Ari Kardono tidak ditempat. Pak Satpam juga tidak dititipi kunci tersebut. Sempat dalam hati ingin mendobrak pintu kantor tersebut dengan tangan gemulai saya tapi kemudian saya urungkan, karena takut di marahi pak Anwar. Alhasil saya menunggu.

Setelah beberapa saat akhirnya semua persiapan sudah dirasa sangat maksimal. Alat sudah lengkap, pemain sudah lengkap, dan makan malam sudah komplit.

Jemaat mulai berdatangan dan mulai duduk di atas tikar yang sudah dipersiapkan rekan-rekan panitia, beberapa jemaat duduk manis di atas ember lukis yang disulap menjadi kursi warna-warni nan cantik.
Thomas tampak begitu grogi dengan tanggungjawabnya sebagai MC di acara tersebut, sedang saya hanya terus berusaha meyakinkan dia bahwa dia pasti bisa untuk melaksanakan tugas ini dengan baik. Dia tetap saja grogi

Lagu pertama mulai kami mainkan. Harus diakui, Toro, Nando, Lisa, dan Inu terlahat canggung juga untuk menikmati bagian mereka ini. Walau secara skill musik, saya harus berani angkat topi untuk mereka. (karena saya tidak memakai topi, yang saya angkat topinya pak Anwar).

Acara berlangsung dengan baik. Ada sukacita yang dinikmati oleh semua yang hadir dalam acara itu. Semua tercampur menjadi satu, antara kebingungan Thomas karena tidak bisa menyanyikan lagu Theme Song, antara wajah Nando yang cerlang cemerlang terkena lampu neon, antara keceriaan lomba tebak profesi dari pak Anwar dkk, antara bu Agnes dkk yang mengajak kita senam goyang, antara ibu-ibu yang menjaga makanan yang sudah disiapkan, antara penyanyi solo dadakan yang membuat pemusik kelabakan, sampai antara fotografer yang mondar-mandir mengambil gambar dari momen kegiatan yang berlangsung.

Semua berlangsung dengan begitu menyenangkan.

Sedang saya? sejujurnya juga saya cukup tertekan dan khawatir dengan banyak hal dalam acara ini. Mulai dari hujan, khawatir pemusik tidak datang, takut tidak berkenan yang saya lakukan, takut tiba-tiba saya jadi ganteng (lhoo)

Harus diakui, rasanya lebih horor daripada waktu main di Jebres atau waktu main bareng #hashtag. Dan lebih dari itu semua, saya belajar bahwa dalam kemungkinan dan kesempatan apapun, persiapan yang matang harus saya lakukan agar apa yang sudah saya rencanakan bisa saya kerjakan dengan sangat baik

Tapi syukur, suasana yang begitu hangat membuat saya bisa lebih tenang dan fokus untuk tanggung jawab ini.

Dan satu lagi, saya merasa ada mata yang terus mengawasi dan mengamati saya sepanjang acara, dan itu yang membuat saya nyaman. Terimakasih ya....

Waktu begitu cepat berlalu, hingga tiba-tiba saya sudah berada di atas tempat tidur dan melihat layar laptop sedang jemariku masih membariskan tiap huruf untuk menjadi rapi menjadi kalimat-kalimat jujur dalam tulisan ini, tentang apa yang terjadi dan apa yang saya rasakan.

O iya, selama acara berlangsung, saya tidak jadi mandi


Alas tidur 23:25
Sabtu 18102014

(nb: dari dalam hati, saya dengan tulus meminta maaf jika ada yang tidak berkenan atas tulisan saya ini dan saya mengucapkan terima kasih untuk setiap nama yang boleh dengan asli saya sebutkan pada tulisan saya.

Saya menuliskan semua dari sisi yang saya rasakan dan imajinasi yang ada dalam kepala saya. Semoga berkenan)
Read More >>

Sabtu, 28 September 2013

Realita CINTA dan PELAYANAN pada REMAJA (part 2)

rsrsdr Sekarang apa yang sedang kita rasakan? Seusia sekarang, saya sedikit banyak yakin bahwa kita mulai (pasti) bertanya tentang pasangan hidup kita kelak. Benarkah? Secara tidak sadar kita akan melakukan diskriminasi yang sangat lembut dengan memberikan perhatian yang berbeda antara satu rekan dengan rekan yang lain. Tenang saja, ini bukan gambaran penghakiman yang akan membuat kita berdosa. Ini hanya proses alami yang memang akan terjadi jika kita tengah mengalami jatuh cinta.

Jika saya boleh mencoba memaparkannya, maka yang terjadi seringnya adalah seperti ini

1. Cari....

Ini keadaan yang paling logis terjadi. Ketika sedang menaruh perhatian yang lebih pada salah seorang teman, kita cenderungng terdorong untuk menjadi seseorang dengan rasa ingin tahu yang sangat tinggi tentang dirinya. Hal umum yang sering kita ketahui adalah, sekarang dia sedang apa, lagi dimana, dan satu pertanyaan basi yang paling legendaris “kamu sudah maem?”

Segala sesuatu tentang dia menjadi sangat penting, bahkan kita akan terbiasa mulai mendramatisir semua tentang dia. Contohnya ketika si dia tidak dengan segera membalas sms kita, maka kita cenderung langsung berfikiran yang Parno dan aneh-aneh, mungkin dia ketiduran, mungkin dia sedang pergi dengan temannya, atau jangan-jangan dengan temen spesialnya? Atau dia sedang disandera penculik? Mungkin rumahnya kerampokan? Jangan-jangan dia tadi dimakan Anaconda? –mulai ngawur­- namun pada sisi lain, jika dia bisa membalas smes kita dengan cepat dan nyambung, ehmmm, rasanya gimana itu, membuat kita jadi dengan tulus tersenyum sendiri.

2. Salting

Salting merupakan sebuah reaksi minor dari stimulus semu yang membuat penderita jadi berlaku aneh dan tidak wajar atas tingkah lakunya sendiri. Kondisi ini didorong oleh ketidaktahuan atau ketidakpastian dari kebenaran kenyataan yang ada. Hal ini sering menjangkiti seseorang yang tengah jatuh cinta.

Semua yang dilakukan oleh orang yang kita cintai akan menjadi stimulus semu yang membingungkan kita untuk bertindak normal. Perasaan jadi sering menebak-nebak tentang apa maksud yang dilakukan oleh si dia. Contohnya jika tiba-tiba dia mengedipkan mata ketika memandang kita, maka biasanya kita mengira dia menggoda kita, padahal sesungguhnya matanya kelilipan. Ketika dia tersenyum kepada kita, kita mengira dia mengirim sinyal cinta, padahal dia tidak bermaksud apa-apa. Jika tiba-tiba dia menepuk pundak kita dari belakang, maka kita merasa bergetar dan tiba-tiba jadi aneh, padahal itu karena dari tadi kita dipanggil tidak mendengar sehingga dia merasa perlu untuk menepuk pundak kita.

Ada banyak lagi tentu kasus saling yang sering kita lihat dan kita alami, hanya jika ingin lebih detail, maka bertanyalah pada dirimu sendiri J

3. Super Perhartian

Jika ada perubahan yang tiba-tiba, itu adalah ketika racun cinta membuat kita jadi sangat perhatian kepada dia. ada batas logis yang sering kali kita acuhkan dan lebih mengutamakan keadaan yang menyangkut tentang dia, padahal kadang kita yang lebih membutuhkan daripada dia. Contohnya, jika sedang pergi dengan teman yang lain dan kemudian turun hujan, dan jika kebetulan kita membawa jas hujan, maka bukankah kita berfikir jika jas hujan itu lebih baik dia yang memakainya? Padahal kemarin kita habis “masuk angin”. Jika kita lagi jajan bareng untuk beli minuman ketika cuaca sangat panas, bukankah jika kita juga berfikir untuk membelikan dia? padahal kadang kita tidak punya banyak uang. Jika dia sedang dalam kegiatan yang padat dan pulang terlalu sore, kita selalu minta dia untuk segera mandi karena keburu dingin, padahal kita sendiri juga belum mandi. Ketika sudah malam, kita meminta dia untuk segera belajar, padahal kita sendiri terus membaca ulang sms dari dia tadi siang.

Perhatian ini muncul secara otomatis ketika kita sedang jatuh cinta. Muncul karena naluri semata yang berusaha memastikan bahwa dia baik-baik saja diikuti dengan cara mengacuhkan semua hal yang sebenarnya lebih penting dalam dirinya sendiri. Ahh indahnya jika kita sedang berada dalam fase ini

4. Kelemahan --- Kekuatan

Ini adalah bagian akhir dari perubahan sikap atau pandangan yang biasanya dialami oleh mereka yang tengah jatuh cinta. Ini hal yang sangat baik, karena kita akan belajar menjadi lebih baik dari semua sikap kehidupan yang kita miliki sebelumnya. Bagian ini menyentuh dua sisi besar tapi dilihat dari satu sudut yang sama (yaitu diri kita). Yaitu

a. Untuk diri sendiri

Ini merupakan perubahan diri yang tiba-tiba menjadi kebutuhan mendesak yang harus segera kita penuhi. Maksudnya adalah kita akan berusaha mengubah diri kita menjadi pribadi yang lebih baik agar kita bisa menarik perhatian si dia. Kita akan beranjak jauh dari kebiasaan lama kita dan mencoba membentuk kebiasaan baru. Contohnya saja, seseorang tidak pernah menggunakan parfum ketika main tapi karena demi idamannya, dia akan menggunakan parfum. Seseorang yang tadinya jarang mandi, tiba-tiba menjadi rajin mandi sejumlah batas wajar atau selebihnya (normal 2x sehari, bahkan bisa 4x sehari) karena ingin tampil cakep didepan idolanya. Intinya, kita akan berubah untuk menjadikan diri lebih baik dan baik lagi hingga akhirnya mampu menarik perhatian si dia.

Kita akan membuka diri dengan banyak hal baru, hal yang sering kali tak masuk akal dan tak mungkin kita lakukan, tapi kenyataannya kekuatan cinta mampu membuat kita melakukan itu semua. Setiap hari selalu ada dia yang menjadi semangat untuk kembali berusaha menjadi lebih baik. Apalagi jika dapat ucapan selamat pagi dari si dia, tentu kita akan semakin bersemangat lagi untuk kembali berjuang.

b. Untuk si dia

Ini merupakan sisi lain dari energi positif cinta yang kita dapatkan. Sudah kita ketahui betapa cinta mampu membuat diri kita mengusahakan perubahan yang baik. Energi ini yang kemudian mendorong kita untuk memiliki kecenderungan pola fikir yang selalu berusaha melihat semua yang ada dalam diri si dia sebagai hal yang baik.

Mungkin dia seorang yang malas, mungkin dia seorang yang jarang mandi, mungkin dia orang yang tidak pandai, dan sebagainya. Percayalah, semua itu tidak akan pernah nampak menjadi masalah yang sangat serius bagi kita. Semua akan terlihat biasa saja dan itu semua bukan hal yang mengganggu. Benar? Kita akan terlatih untuk memiliki hati yang baik dengan mencoba menerima apa adanya tanpa syarat apapun, jelas ini adalah hal yang sangat baik.

Tapi kemudian kita bisa terancam dengan ini, jika tidak dengan bijak kita mengelola perasaan ini maka kita akan terancam semakin melukai diri kita sendiri. Seringkali kita jadi membabi buta dengan dirinya, sehingga kita bisa tertular hal yang menjadi sifat buruk dari si dia. Maka kita perlu bijak mengelola fase ini.

Antara Cinta dan Pelayanan

Pada bagian ini kita hanya akan melihat gambaran sederhana tentang kemungkinan logis apa yang sering terjadi dalam dunia pelayanan jika sudah ada cinta didalamnya.

Memang, pada dasarnya kita haruslah melihat diri kita sendiri. Maksudnya, kita harus bertanya kepada diri kita apakah kita sudah benar-benar siap untuk jatuh cinta atau belum siap. Karena dengan jatuh cinta dalam persekutuan, hanya akan ada 2 kemungkinan yang kita miliki

1. Semakin Kuat

Gejala jatuh cinta yang ada akan membantu kita menjadi seseorang yang lebih baik. Seperti yang sudah dijelaskan, kita tentu akan berjuang mati-matian agar dapat menjadi lebih baik. Tentu hal ini menjadi daya yang sangat baik dan positif. Dengan senang hati kita akan datang lebih awal dalam persekutuan untuk membantu rekan yang piket menyiapkan perlengkapan persekutuan, dan kita akan bahagia untuk pulang paling akhir dan merapikan semua perlengkapan setelah selesai persekutuan.

Karena dia, dalam kondisi lelahpun kita pasti akan meyakinkan diri bahwa kita masih kuat untuk terus berkegiatan. Kita akan menutup kesempatan diri untuk mengeluh dan menyerah dalam pelayanan yang kita lakukan. Pada kondisi lain, mungkin tiba-tiba kita akan jadi rajin membaca Alkitab, Sate, bahkan berani memberikan pendapat didepan rekan lain ketika persekutuan berlangsung. Hari lepas hari kita akan terus termotivasi untuk menjadi hebat dalam pelayanan dan kegiatan kita digereja.

Kenyataannya, dia membantu kita menemukan semangat diri kita untuk berubah menjadi anak yang lebih rajin, baik, dan dewasa.

2. Semakin Loyo

Pelayanan memerlukan banyak stimulus baik agar dapat dijalani dengan sukacita. Inilah mengapa kita perlu sekali menjaga iklim yang kondusif diantara rekan pelayanan kita. Jika suasana baik, maka kita juga bisa menikmati pelayanan kita.

Situasi sulit sering dihadapi oleh remaja yang tengah jatuh cinta, tapi dia malah terjebak pada situasi yang merugikan dia. Maksudnya, kita akan sering tidak dalam kondisi emosi yang baik dengan pelayanan kita jika kondisi cinta kita tidak sedang stabil. Bisa saja karena sedang arahan dengan si dia, kita jadi ogah – ogahan untuk pelayanan. Mood kita tiba-tiba bisa jadi anjlok karena tidak nyaman. Gerakan choir jadi kacau, chord gitar jadi lupa semua, jadi pembawa acara permainan juga jadi jutek. Bukankah ini sangat merugikan?

Lantas bagaimana?

Ini menjadi pertanyaan kebutuhan yang harus segera kita jawab karena mungkin ini menjadi sesuatu yang mengancam pelayanan kita jika tidak segera kita sikapi dengan baik. Pada akhirnya yang akan menjadi pilihan adalah kita dituntut untuk dengan serius apakah kita memang benar-benar sudah siap untuk jatuh cinta. Memang benar, sering kali cinta datang tanpa pernah mengenal situasi dan waktu, tapi pada akhirnya bukankah kita memiliki pilahan yang mutlak untuk menyikapi perasaan tersebut? Jika toh memang belum siap, untuk apa kita memaksakan diri untuk sesuatu yang kita tahu pasti akan merugikan diri kita sendiri? Tapi jika merasa siap, kita juga harus memegang komit untuk siap juga menghadapi segala kemungkinan yang muncul dari rasa cinta yang kita hidupi, risih, sakit hati, penolakan, dsb, kita harus siap untuk hal tersebut.

Kemudian, yang menjadi jawaban paling utama dari kemungkinan tiap resiko adalah “pembenaran motivasi” awal. Motivasi awal akan menjadi penentu dari sikap kita. Kita perlu bertanya kepada diri kita sendiri, apa motivasi kita ketika kita memutuskan untuk ambil bagian dalam pelayanan? Apakah karena murni talenta? Dorongan pacar? Terpaksa? Atau karena memang benar-benar kita membangun dasar pelayanan kita pada Kristus?

Jadi jangan heran jika kita akan menjadi marah dan loyo ketika kita mendapati masalah dalam pelayanan kita (soal hati-red) karena ternyata dasar pelayanan yang kita miliki adalah salah. Tapi disisi lain, sekeras apapun masalah atau problem yang ada, tentu tidak akan mempengaruhi pelayanan kita jika kita membangun diatas dasar yang tepat, yakni pada Kristus. (1 Kor 3 : 10 – 23)

Baiklah sekarang kita memiliki waktu yang cukup untuk melihat semua kejadian dari banyak sisi, agar kita menjadi bijaksana dan siap menjadi dewasa atas segala tindakan apapun yang kita lakukan. Pelayanan yang kuat adalah pelayanan yang muncul atas dasar rasa ucapan syukur kita kepada Allah yang hidup, karena DIA memberikan kasih yang sempurna kepada orang berdosa seperti kita.

Jadi mari belajar untuk tidak terus-menerus menjadi seseorang yang mudah patah semangat. Teruslah belajar dari peristiwa kehidupanmu, belajar dari rasa sakit juga belajar dari rasa bahagia. Dan biarlah kiranya kasih Allah senantiasa menyertai pelayanan kita. Amin

Read More >>

Senin, 09 September 2013

ada ALKITAB di jalanan, maka BERSYUKURLAH…..

sdsd Terbangun dari tempat tidur, bergegas dan langsung menuju ke KM untuk mandi. Hari ini bangun sedikit kesiangan, sisa rasa capek tadi malam masih sangat terasa. Setelah Saat Teduh, biasanya saya selalu menyempatkan untuk membuka Laptop dan otak-atik, tapi pagi ini tidak, saya memilih untuk merebahkan diri di suduk tempat tidur dengan sarung dari bapak yang saya gunakan untuk selimut. Dan saya tertidur….

Jadwal hari ini sudah tersusun dengan cukup rapi. Jam 09.00 – 10.00 bertugas jadi Keyboardist Ibadah Siang di GKJ Jebres. Sesaatnya ada sekitar 30 menit untuk beristirahat karena jam 10.30. – 12.00 harus kembali memberi les gitar bagi beberapa remaja PRKJ yang rindu belajar bermain musik. Setelahnya di ajak temen untuk berbelanja beberpa keperluan.

Les Gitar

Hari ini yang datang les gitar lumayan banyak, 12 anak. seperti biasa setelah doa kelas langsung dibagi menjadi 2, kelas kecil dan besar. Kelas kecil mendapat materi untuk membiasakan pindah chord, masih seputar pada G – Em – C – D. Sedang murid kelas besar harus digenjot dengan materi minggu lalu dan harus melahap materi melodi yang lumayan sulit. Perbedaan ini yang harus membuat saya wira-wiri ke masing-masing ruang. Melelahkan, tapi saya hanya berusaha menjadi mentor yang baik bagi mereka. Nice, kebingungan mereka, semangat mereka, keluguan mereka, yang semakin membuat saya yakin untuk terus setia menemani mereka belajar gitar.

Belanja dan Makan Siang

Sejenak dirumah dan segera berangkat lagi untuk belanja. Tinggal nunggu dijemput, dan langsung berangkat. Kami mencari beberapa keperluan untuk perbaikan handphone kami. tidak terlalu lama karena kami hanya mencari yang kami butuhkan, membeli, dan langsung pulang. Sebelum pulang kami menyempatkan diri untuk mencari makan siang, karena memang kami sangat kelaparan saat itu. Bakso menjadi pilihan kami. Dan ketika tiba dirumah makan kami akhirnya memesan lebih banyak, bakso, es campur, dan segelas es teh. Dengan lahap kami berdua makan, walau sejujurnya perut seolah berontak karena kami sudah kenyang.

Bergegas kami pulang, karena memang sudah sore dan saya sudah sangat kecapean. sepanjang jalan pulang kami hanya banyak berbicara yang terkadang omong kosong atau sekedar hanya bercanda. Hingga akhirnya pada salah satu perempatan jalan raya ada kejadian luar biasa yang menggetarkan hati saya, iya benar, menggetarkan hati saya

Sejenak sebelum kami harus berhenti karena lampu merah, secara tidak sengaja saya menoleh di kiri, dan apa yang saya lihat adalah hal yang hebat. Di salah satu emperan toko yang tutup, saya melihat seorang ibu dengan tenang SEDANG MEMBACA ALKITAB. Sempat ragu, tapi jarak yang tidak terlalu jauh membuat saya yakin bahwa saya tidak salah melihat jika yang sedang dibacanya adalah ALKITAB. hati saya benar-benar bergetar.

Seolah dia tidak memperdulikan lalu lalang jalanan yang cukup terik dan sangat bising. Bibirnya terus bergerak seperti tengah membaca sesuatu. Ahh, sungguh indah Tuhan. Belum hilang rasa kagum saya, saya kembali dibuat bergetar dengan ibu itu, ketika dengan tulus ia memijit kaki seorang lelaki tua yang tertidur disebelahnya, saya tidak bisa memastikan tapi saya menduga lelaki itu adalah suaminya. Berharap bisa membagi berkat, saya kemudian memberi tahu kepada teman saya, dan dia juga nampak sangat terkagum dengan apa yang kami lihat. TUHAN ENGKAU SANGAT LUAR BIASA

Pemandangan sangat indah yang hanya bisa saya nikmati selama 60 detik saja dan kami pun berlalu

Sore ini saya belajar banyak hal, ada beberapa hal yang terus saya pergumulkan dan renungkan dalam hati saya…..

1. Membaca Alkitab, jelas bukan sesuatu yang jauh dari kehidupan saya. Alkitab tidak pernah lepas dari keseharian saya. Minimal saya akan membaca Alkitab ketika pagi saya saat teduh serta saya masih berusaha rutin untuk bisa bible reading tiap malam sebelum tidur. Sedang pada kegiatan yang lain tentu itu bisa bertambah. Saya sudah cukup dekat dengan Alkitab kan?? TAPI TUNGGU DULU seolah hal itu runtuh begitu saja ketika melihat ibu itu, Saya membaca Alkitab pada kondisi “save”, semua terkendali dengan sangat baik, tenang, teduh, sepi, dan pada waktu yang sangat mendukung. Tapi yang dilakukan ibu itu dengan gagah “mempecundangi” pemahaman saya. Tentu bukan soal intensitas atau usaha dalam memahami isi Firman yang sama-sama kami baca tapi yang jelas ibu itu lebih berani, lebih tangguh, dan lebih hebat. Ibu itu menghadapi tantangan yang lebih besar daripada yang saya hadapi. Lalu-lalang pejalan kaki tak di gubrisnya, bising klakson kendaraan tak menghalanginya, terik sinar matahari tak mengalahkanya, bahkan tatap pandangan mata dari orang yang melihatnya tidak mampu memupuskan keinginannya untuk membaca Alkitab tersebut.

2. Ini hal yang sangat penting yang sempat menjadi bahan diskusi saya dan teman saya. Hal itu adalah, MENGAPA IBU ITU HARUS SEPERTI ITU?, bukankah dia orang baik? bukankah dia orang yang takut akan Tuhan? bukankah dia orang yang setia? lantas mengapa ibu itu harus hidup dijalanan yang begitu keras dan bahkan mungkin ibu itu tidak memiliki rumah untuk dia berteduh.

Jika menjawab itu hanya karena nasib, maka selesai sudah pertanyaan diatas. Tapi dalam kediaman saya, saya mengetahui banyak hal yang luar biasa.

Tapi tentu ada hal lain yang saya maknai ulang, tentang keberadaan ibu itu. Tentu saja dan saya percaya, ibu itu juga tengah membawa pesan khusus dari DIA yang harus disampaikan kepada SAYA.

Siang itu menjadi satu moment dimana Tuhan kembali mengingatkan saya tentang arti dari sebuah ungkapan syukur yang tulus. Ibu itu mengajari saya untuk menikmati kehidupan dari sisi yang lebih mulia, menghitung dan merenda tiap berkat yang Tuhan beri menjadi satu pola kehidupan yang baik. Siang itu dimana dengan nyaman saya bisa bangun pagi, saya bisa bertugas musik ibadah, saya bisa memberi les gitar, saya bisa belanja, dan bahkan saya bisa makan dengan lebih, tapi kenyataannya yang sering terjadi adalah saya lupa untuk bersyukur. Kesempatan yang mungkin tidak bernah akan ibu itu miliki, bahkan untuk memikirkannyapun tidak. Tapi yang ibu lakukan itu telah mengajari saya untuk terus bersyukur tiap hari dan tanpa henti

Terima kasih tuhan atas pelajaran yang telah Engkau berikan kepadaku melalui ibu itu…..

Read More >>
Technology Blog