Senin, 23 Mei 2016
KALAH? WHY NOT?
Selasa, 29 Desember 2015
Kita Sama
Saya akan bercerita tentang bagian kehidupan yang akan terus melekat dan akan terus menjadi kisah bagi saya. Tentang sebuah perjuangan kehidupan….
Saya lahir dalam kondisi keluarga yang biasa saja, jika boleh memilih kata yang lain akan saya katakana jika keluarga saya berada pada garis kemiskinan. Saya anak bungsu dari 6 saudara yang lain. Ketika itu Ayah saya hanya menjadi pelukis tradisional sedang Ibu saya hanya menjdai seorang penjahit dan kami tinggal pada sepetak rumah kontrakan kecil. Cukup menyedihkan? Tidak sama sekali
Saya terlahir dalam kondisi cacat fisik, kaki saya tidak berfungsi sebagaimana seharusnya. Keadaan yang semasa kecil tidak pernah benar-benar bisa saya mengerti. Keadaan yang membuat saya merasa berbeda dengan teman sebaya saya waktu itu. Saat yang lain sudah bisa berlari, saya masih harus belajar berjalan dengan kedua orang tua dan kakak-kakak saya. Saat yang lain sudah mulai begitu ceria mengendarai sepeda utnuk pertama kalinya, saya hanya bisa melihat dibalik jendela dan sesekali merasa iri mengapa saya tidak bisa seperti mereka. Keadaan yang sering membuat saya terpuruk sendiri di masa kecil saya.
Saya beruntung memiliki sosok ibu yang begitu luar biasa mencintai saya, ditengah semua beban kehidupan yang harus beliau usahakan, saya masih bisa merasakan cinta yang begitu penuh dari beliau. Fajar kecil begitu dimanja dan dijaga oleh ibu yang hebat.
Masa sekolah menjadi bagian waktu yang berbeda rasa dalam tiap kejadian yang saya alami. Masa saya berada di Sekolah Dasar terasa sangat berat, saya yang biasanya tidak pernah lepas dari pengawasan orang tua (terutama ibu) harus mulai belajar mandiri. 6 Tahun yang saya alamai di SD? Saya tidak bisa mengingat semua detail kejadian, tapi ada beberapa hal yang sampai sekarang masih saya ingat dan saya fikir akan terus saya bawa.
Seperti anak SD pada umumnya, seharusnya kami memiliki masa bermain dan belajar yang menyenangkan dengan teman sebaya, tapi apa saya mendapatkan itu? Tidak. Saya merasa begitu tersudut dengan ejekan dari teman-teman saat itu, tentu karena cacat fisik yang saya miliki. Saya masih ingat ketika saya sampai menangis karena diejek seperti itu, saya masih ingat ketika beberapa guru memarahi teman yang mengejek saya dan berusa menenangkan saya. Terasa begitu sakit dan membuat saya marah. Hal yang tidak jauh berbeda juga saya alami ketika berada di bangku SMP. Fajar saat itu adalah Fajar yang cengeng dan begitu sensitive, terlebih menjadi Fajar yang penyendiri dan tidak bisa berkembang. Tidak memiliki banyak teman dan lebih suka menghabiskan waktu dengan buku pelajaran dan beberapa buku komik Doraemon waktu itu.
Seiring dewasa tidak banyak tekanan dari luar yang saya terima, mungkin karena semakin dewasa juga teman-teman seiring pertambahan usia sehingga cacat fisik tidak dijadikan sebagai olokan bagi saya seperti di SD atau SMP.
Tapi justru di masa SMA ini terjadi peristiwa yang begitu memojokkan saya. Saya yang terlahir dlam kondisi cacat, saya yang tidak sampai usia SMA tidak bisa naik sepada, saya yang masih belum bisa benar-benar bangkit. Pada awal 2005 atau kelas 1 SMA semester 2, hal yang tidak pernah saya duga terjadi, saya nyaris lumpuh total. Begitu gelap dan menyakitkan ketika saya harus mengingat dan kembali ke masa itu. Secara medis, ini terjadi karena ada kerusakan di tulang belakang. Keluarga sudah mengupayakan dengan maksimal, mulai dari medis modern hingga pengobatan tradisional, smua nihil. Saya begitu terpukul, saya begitu tersakiti dengan keadaan tersebut. Saya begitu marah kepada Tuhan dengan semua, saya menggugat Tuhan dengan bertanya apakah cacat saya selama ini belum cukup membuat saya menderita dan mengapa saya harus sampai tidak bisa berjalan seperti ini. Saat seharusnya saya menikmati masa muda seperti yang lain, saya harus terpuruk lagi. Saya menjadi semakin rapuh. Saya menjadi iri dengan hal-hal yang tidak masuk akal, ketika melihat keluar jendela kelas, saya iri pada teman-teman yang bisa berlari kesana kemari sedang untuk berjalan pun saya tidak bisa.
Tapi saya bersyukur, perjuangan 2 tahun dengan tidak bisa berjalan telah membuat saya saya belajar banyak hal tentang arti kehidupan. Tentang betapa berharganya kehidupan yang sudah Tuhan berikan bagi saya. Tentang arti berjuang sebenarnya, berjuang bukan demi diri saya sendiri tapi juga demi Orang Tua saya.
Sekali lagi, sangat gelap jika saya harus mengingat masa itu, tapi saya bersyukur untuk semua proses yang telah saya alami.
Suka tida suka, para penyandang difabel sering mendapat intimidasi sosial secara otomatis. Sering dipandang sebelah mata, sering dinomor duakan, bahkan sering tidak dianggap. Tapi bukankah seharusnya diskriminasi seperti ini tidak boleh ada?
Saya senang saat ini Solo sudah sangat layak untuk mulai mengupayakan kesetaraan antara warga yang “normal” dengan para kaum “difabel”. Secara sederhana dapat dilihat dari kerja Pemerintah Daerah yang menyediakan fasilitas pendukung bagi kaum difabel, seperti halte, ruang public, atau fasilitas umum lainya. Kantor atau lapangan kerja yang adapun saya yakini sudah tidak lagi diskriminasi, asal sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan, saya percaya para kaum difabel juga memiliki kesempatan bersaing yang sama untuk diterima bekerja.
Mengingat kembali ke masa sekolah saya, saya berharap sekolah saat ini juga mulai memberikan hak dan kewajiban yang sama kepada seluruh siswa tanpa ada pembeda dengan alasan apapun, guru juga dituntut untuk berlaku adil dengan semua siswanya.
Saat ini saya bekerja sebagai Staff di PPA Berea GKI Sorogenen. Lembaga yang bergerak di bidang sosial dengan membantu anak-anak miskin untuk dapat terus bersekolah. Sedang kesibukan sehari-hari saya aktif sebagai seorang pemain music gereja di GKJ Jebres.
“Kami sama sepertimu, ajak kami berjuang untuk kehidupan yang lebih baik”
“fajar christian”
Senin, 30 Maret 2015
SAYA PENCURI
Rabu, 22 Oktober 2014
Dengarkan Saya
Secuil Remah Cerita dari acara Nongkrong Bareng
“kak, latihannya kapan”
Saya tidak “R” BBM Toro, karena tidak tahu harus menjelaskan apa.
Saat itu Toro mungkin sedang gondok, si Inu sedang melihat HP nya dengan penuh harapan menunggu mendapat kabar konfirmasi latihan dari saya. Sedang Lisa dan Nando tidak tahu ancaman rasa malu yang akan mereka hadapi di acara tersebut.
Hal ini yang sebenarnya menjadi awal dari ke-grogian saya. Saya belum latihan dengan grup akustiknya. Semua jadi nampak horor, kekuatiran muncul. Benar jika saya juga main akustik di GKJ Jebres dan main akustik bersama #hashtag, tapi Ian bersama mereka latihan, dan ini tidak.
Bagaimana kalau besok hujan? apa kami harus memakai jas hujan plastik Merk Gajah Duduk ketika main musik? atau Nanti pak Anwar harus memayungi kami berlima yang main musik ketika tampil? Tuhan jangan hujan
Bagaimana jika besok ada yang request lagu dadakan dalam acara tersebut dan kami tidak bisa? Apakah saya harus berpura-pura amnesia? Agar mereka tidak jadi request lagu?
Sip, cukup jadi alasan yang pas untuk saya tidak bisa tidur tenang malam itu...
bukan, bukan saya yang bersin, ini suara ringtone sms di HP saya. Sekitar pukul 3 Sore pak Anwar sms saya
“dhe Ike sound’e wes tak toto, koe rene jam piro?”
“yo dhe, kosik aku jik nunggu omah, dilit ngkas aku mrono”
Saya berencana untuk datang di acara Nongkrong Bareng tersebut sekitar jam 4. Dalam fikiran saya, sesampainya jam 4 di sana, saya akan segera chek sound dan latihan sebentar dengan Lisa, Toro, Inu, dan Nando.
Tapi sms pak Anwar memaksa saya untuk datang lebih awal. Hingga saya tidak sempat untuk mandi terlebih dahulu dan hanya membawa sabun cuci muka. “Ah gampang, nanti tidak usah mandi, cuci muka saja” dalam hati
Selama perjalanan saya masih saja khawatir dengan acara nanti. Apalagi cuaca sore itu agak mendung gelap disertai angin kencang. Jika benar-benar hujan, saya khawatir nanti harus main musik sembari dibungkus jas hujan plastik.
Sampai di Gereja saya sempat takjub dengan yang saya lihat. Tenda kajang sudah berdiri dengan gagah dan tampak begitu kuat auranya. Sejujurnya saya mulai grogi.
“Pak nanti kita maen dimana pak?” tanya saya kepada pak Joko yang sedang menyapu halaman.
“Di sana mas” sembari menunjuk mini stage yang ada di dekat ayunan.
Saya mendekati mini stage yang tampak membuat saya kagum dalam hati. Dibawahnya dipasang lampu neon juga, sedang background putih dengan tanaman dalam pot susun pada kawat besi yang nampak gagah. Semakin saya senang ketika disegkitar mini stage ada daun-daun yang berserakan yang membuat suasana jadi semakin membuat saya bersemangat. Keren sekali
Saya langsung bergegas mencari komandan dari acara ini. “Dimana pak Anwar?” saya mencari dan tidak menemukan beliau. Di kantor? tidak ada, Di Gereja? tidak ada, DI ruang atas? tidak ada juga. Bahkan dibawah pot pak Anwar juga tidak ada (lagipula kenapa pak Anwar harus dibawah pot?) Belakangan saya mengetahui jika pak Anwar sedang mandi.
Saya bersegera mempersiapkan semua peralatan yang dibutuhkan untuk acara ini. Sound sudah dipersiapkan dan ditempatkan di samping kiri mini stage yang ada. Saya masih sibuk mondar-mandir ketika sadar jika pintu kantor dalam dalam keadaan terkunci rapat. Sedang bass dan kajon yang akan digunakan tertata manis didalam ruang yang terkunci rapat tersebut.
Segera saja saya menjadi panik. Kunci utama di bawa oleh Bapak Setyabudi dan kunci cadangan di bawa oleh Bapak Ari Kardono. Posisinya, pak Setyabudi belum datang dan pak Ari Kardono tidak ditempat. Pak Satpam juga tidak dititipi kunci tersebut. Sempat dalam hati ingin mendobrak pintu kantor tersebut dengan tangan gemulai saya tapi kemudian saya urungkan, karena takut di marahi pak Anwar. Alhasil saya menunggu.
Setelah beberapa saat akhirnya semua persiapan sudah dirasa sangat maksimal. Alat sudah lengkap, pemain sudah lengkap, dan makan malam sudah komplit.
Jemaat mulai berdatangan dan mulai duduk di atas tikar yang sudah dipersiapkan rekan-rekan panitia, beberapa jemaat duduk manis di atas ember lukis yang disulap menjadi kursi warna-warni nan cantik.
Lagu pertama mulai kami mainkan. Harus diakui, Toro, Nando, Lisa, dan Inu terlahat canggung juga untuk menikmati bagian mereka ini. Walau secara skill musik, saya harus berani angkat topi untuk mereka. (karena saya tidak memakai topi, yang saya angkat topinya pak Anwar).
Acara berlangsung dengan baik. Ada sukacita yang dinikmati oleh semua yang hadir dalam acara itu. Semua tercampur menjadi satu, antara kebingungan Thomas karena tidak bisa menyanyikan lagu Theme Song, antara wajah Nando yang cerlang cemerlang terkena lampu neon, antara keceriaan lomba tebak profesi dari pak Anwar dkk, antara bu Agnes dkk yang mengajak kita senam goyang, antara ibu-ibu yang menjaga makanan yang sudah disiapkan, antara penyanyi solo dadakan yang membuat pemusik kelabakan, sampai antara fotografer yang mondar-mandir mengambil gambar dari momen kegiatan yang berlangsung.
Semua berlangsung dengan begitu menyenangkan.
Sedang saya? sejujurnya juga saya cukup tertekan dan khawatir dengan banyak hal dalam acara ini. Mulai dari hujan, khawatir pemusik tidak datang, takut tidak berkenan yang saya lakukan, takut tiba-tiba saya jadi ganteng (lhoo)
Harus diakui, rasanya lebih horor daripada waktu main di Jebres atau waktu main bareng #hashtag. Dan lebih dari itu semua, saya belajar bahwa dalam kemungkinan dan kesempatan apapun, persiapan yang matang harus saya lakukan agar apa yang sudah saya rencanakan bisa saya kerjakan dengan sangat baik
Tapi syukur, suasana yang begitu hangat membuat saya bisa lebih tenang dan fokus untuk tanggung jawab ini.
Dan satu lagi, saya merasa ada mata yang terus mengawasi dan mengamati saya sepanjang acara, dan itu yang membuat saya nyaman. Terimakasih ya....
Sabtu, 28 September 2013
Realita CINTA dan PELAYANAN pada REMAJA (part 2)
Sekarang apa yang sedang kita rasakan? Seusia sekarang, saya sedikit banyak yakin bahwa kita mulai (pasti) bertanya tentang pasangan hidup kita kelak. Benarkah? Secara tidak sadar kita akan melakukan diskriminasi yang sangat lembut dengan memberikan perhatian yang berbeda antara satu rekan dengan rekan yang lain. Tenang saja, ini bukan gambaran penghakiman yang akan membuat kita berdosa. Ini hanya proses alami yang memang akan terjadi jika kita tengah mengalami jatuh cinta.
Jika saya boleh mencoba memaparkannya, maka yang terjadi seringnya adalah seperti ini
1. Cari....
Ini keadaan yang paling logis terjadi. Ketika sedang menaruh perhatian yang lebih pada salah seorang teman, kita cenderungng terdorong untuk menjadi seseorang dengan rasa ingin tahu yang sangat tinggi tentang dirinya. Hal umum yang sering kita ketahui adalah, sekarang dia sedang apa, lagi dimana, dan satu pertanyaan basi yang paling legendaris “kamu sudah maem?”
Segala sesuatu tentang dia menjadi sangat penting, bahkan kita akan terbiasa mulai mendramatisir semua tentang dia. Contohnya ketika si dia tidak dengan segera membalas sms kita, maka kita cenderung langsung berfikiran yang Parno dan aneh-aneh, mungkin dia ketiduran, mungkin dia sedang pergi dengan temannya, atau jangan-jangan dengan temen spesialnya? Atau dia sedang disandera penculik? Mungkin rumahnya kerampokan? Jangan-jangan dia tadi dimakan Anaconda? –mulai ngawur- namun pada sisi lain, jika dia bisa membalas smes kita dengan cepat dan nyambung, ehmmm, rasanya gimana itu, membuat kita jadi dengan tulus tersenyum sendiri.
2. Salting
Salting merupakan sebuah reaksi minor dari stimulus semu yang membuat penderita jadi berlaku aneh dan tidak wajar atas tingkah lakunya sendiri. Kondisi ini didorong oleh ketidaktahuan atau ketidakpastian dari kebenaran kenyataan yang ada. Hal ini sering menjangkiti seseorang yang tengah jatuh cinta.
Semua yang dilakukan oleh orang yang kita cintai akan menjadi stimulus semu yang membingungkan kita untuk bertindak normal. Perasaan jadi sering menebak-nebak tentang apa maksud yang dilakukan oleh si dia. Contohnya jika tiba-tiba dia mengedipkan mata ketika memandang kita, maka biasanya kita mengira dia menggoda kita, padahal sesungguhnya matanya kelilipan. Ketika dia tersenyum kepada kita, kita mengira dia mengirim sinyal cinta, padahal dia tidak bermaksud apa-apa. Jika tiba-tiba dia menepuk pundak kita dari belakang, maka kita merasa bergetar dan tiba-tiba jadi aneh, padahal itu karena dari tadi kita dipanggil tidak mendengar sehingga dia merasa perlu untuk menepuk pundak kita.
Ada banyak lagi tentu kasus saling yang sering kita lihat dan kita alami, hanya jika ingin lebih detail, maka bertanyalah pada dirimu sendiri J
3. Super Perhartian
Jika ada perubahan yang tiba-tiba, itu adalah ketika racun cinta membuat kita jadi sangat perhatian kepada dia. ada batas logis yang sering kali kita acuhkan dan lebih mengutamakan keadaan yang menyangkut tentang dia, padahal kadang kita yang lebih membutuhkan daripada dia. Contohnya, jika sedang pergi dengan teman yang lain dan kemudian turun hujan, dan jika kebetulan kita membawa jas hujan, maka bukankah kita berfikir jika jas hujan itu lebih baik dia yang memakainya? Padahal kemarin kita habis “masuk angin”. Jika kita lagi jajan bareng untuk beli minuman ketika cuaca sangat panas, bukankah jika kita juga berfikir untuk membelikan dia? padahal kadang kita tidak punya banyak uang. Jika dia sedang dalam kegiatan yang padat dan pulang terlalu sore, kita selalu minta dia untuk segera mandi karena keburu dingin, padahal kita sendiri juga belum mandi. Ketika sudah malam, kita meminta dia untuk segera belajar, padahal kita sendiri terus membaca ulang sms dari dia tadi siang.
Perhatian ini muncul secara otomatis ketika kita sedang jatuh cinta. Muncul karena naluri semata yang berusaha memastikan bahwa dia baik-baik saja diikuti dengan cara mengacuhkan semua hal yang sebenarnya lebih penting dalam dirinya sendiri. Ahh indahnya jika kita sedang berada dalam fase ini
4. Kelemahan --- Kekuatan
Ini adalah bagian akhir dari perubahan sikap atau pandangan yang biasanya dialami oleh mereka yang tengah jatuh cinta. Ini hal yang sangat baik, karena kita akan belajar menjadi lebih baik dari semua sikap kehidupan yang kita miliki sebelumnya. Bagian ini menyentuh dua sisi besar tapi dilihat dari satu sudut yang sama (yaitu diri kita). Yaitu
a. Untuk diri sendiri
Ini merupakan perubahan diri yang tiba-tiba menjadi kebutuhan mendesak yang harus segera kita penuhi. Maksudnya adalah kita akan berusaha mengubah diri kita menjadi pribadi yang lebih baik agar kita bisa menarik perhatian si dia. Kita akan beranjak jauh dari kebiasaan lama kita dan mencoba membentuk kebiasaan baru. Contohnya saja, seseorang tidak pernah menggunakan parfum ketika main tapi karena demi idamannya, dia akan menggunakan parfum. Seseorang yang tadinya jarang mandi, tiba-tiba menjadi rajin mandi sejumlah batas wajar atau selebihnya (normal 2x sehari, bahkan bisa 4x sehari) karena ingin tampil cakep didepan idolanya. Intinya, kita akan berubah untuk menjadikan diri lebih baik dan baik lagi hingga akhirnya mampu menarik perhatian si dia.
Kita akan membuka diri dengan banyak hal baru, hal yang sering kali tak masuk akal dan tak mungkin kita lakukan, tapi kenyataannya kekuatan cinta mampu membuat kita melakukan itu semua. Setiap hari selalu ada dia yang menjadi semangat untuk kembali berusaha menjadi lebih baik. Apalagi jika dapat ucapan selamat pagi dari si dia, tentu kita akan semakin bersemangat lagi untuk kembali berjuang.
b. Untuk si dia
Ini merupakan sisi lain dari energi positif cinta yang kita dapatkan. Sudah kita ketahui betapa cinta mampu membuat diri kita mengusahakan perubahan yang baik. Energi ini yang kemudian mendorong kita untuk memiliki kecenderungan pola fikir yang selalu berusaha melihat semua yang ada dalam diri si dia sebagai hal yang baik.
Mungkin dia seorang yang malas, mungkin dia seorang yang jarang mandi, mungkin dia orang yang tidak pandai, dan sebagainya. Percayalah, semua itu tidak akan pernah nampak menjadi masalah yang sangat serius bagi kita. Semua akan terlihat biasa saja dan itu semua bukan hal yang mengganggu. Benar? Kita akan terlatih untuk memiliki hati yang baik dengan mencoba menerima apa adanya tanpa syarat apapun, jelas ini adalah hal yang sangat baik.
Tapi kemudian kita bisa terancam dengan ini, jika tidak dengan bijak kita mengelola perasaan ini maka kita akan terancam semakin melukai diri kita sendiri. Seringkali kita jadi membabi buta dengan dirinya, sehingga kita bisa tertular hal yang menjadi sifat buruk dari si dia. Maka kita perlu bijak mengelola fase ini.
Antara Cinta dan Pelayanan
Pada bagian ini kita hanya akan melihat gambaran sederhana tentang kemungkinan logis apa yang sering terjadi dalam dunia pelayanan jika sudah ada cinta didalamnya.
Memang, pada dasarnya kita haruslah melihat diri kita sendiri. Maksudnya, kita harus bertanya kepada diri kita apakah kita sudah benar-benar siap untuk jatuh cinta atau belum siap. Karena dengan jatuh cinta dalam persekutuan, hanya akan ada 2 kemungkinan yang kita miliki
1. Semakin Kuat
Gejala jatuh cinta yang ada akan membantu kita menjadi seseorang yang lebih baik. Seperti yang sudah dijelaskan, kita tentu akan berjuang mati-matian agar dapat menjadi lebih baik. Tentu hal ini menjadi daya yang sangat baik dan positif. Dengan senang hati kita akan datang lebih awal dalam persekutuan untuk membantu rekan yang piket menyiapkan perlengkapan persekutuan, dan kita akan bahagia untuk pulang paling akhir dan merapikan semua perlengkapan setelah selesai persekutuan.
Karena dia, dalam kondisi lelahpun kita pasti akan meyakinkan diri bahwa kita masih kuat untuk terus berkegiatan. Kita akan menutup kesempatan diri untuk mengeluh dan menyerah dalam pelayanan yang kita lakukan. Pada kondisi lain, mungkin tiba-tiba kita akan jadi rajin membaca Alkitab, Sate, bahkan berani memberikan pendapat didepan rekan lain ketika persekutuan berlangsung. Hari lepas hari kita akan terus termotivasi untuk menjadi hebat dalam pelayanan dan kegiatan kita digereja.
Kenyataannya, dia membantu kita menemukan semangat diri kita untuk berubah menjadi anak yang lebih rajin, baik, dan dewasa.
2. Semakin Loyo
Pelayanan memerlukan banyak stimulus baik agar dapat dijalani dengan sukacita. Inilah mengapa kita perlu sekali menjaga iklim yang kondusif diantara rekan pelayanan kita. Jika suasana baik, maka kita juga bisa menikmati pelayanan kita.
Situasi sulit sering dihadapi oleh remaja yang tengah jatuh cinta, tapi dia malah terjebak pada situasi yang merugikan dia. Maksudnya, kita akan sering tidak dalam kondisi emosi yang baik dengan pelayanan kita jika kondisi cinta kita tidak sedang stabil. Bisa saja karena sedang arahan dengan si dia, kita jadi ogah – ogahan untuk pelayanan. Mood kita tiba-tiba bisa jadi anjlok karena tidak nyaman. Gerakan choir jadi kacau, chord gitar jadi lupa semua, jadi pembawa acara permainan juga jadi jutek. Bukankah ini sangat merugikan?
Lantas bagaimana?
Ini menjadi pertanyaan kebutuhan yang harus segera kita jawab karena mungkin ini menjadi sesuatu yang mengancam pelayanan kita jika tidak segera kita sikapi dengan baik. Pada akhirnya yang akan menjadi pilihan adalah kita dituntut untuk dengan serius apakah kita memang benar-benar sudah siap untuk jatuh cinta. Memang benar, sering kali cinta datang tanpa pernah mengenal situasi dan waktu, tapi pada akhirnya bukankah kita memiliki pilahan yang mutlak untuk menyikapi perasaan tersebut? Jika toh memang belum siap, untuk apa kita memaksakan diri untuk sesuatu yang kita tahu pasti akan merugikan diri kita sendiri? Tapi jika merasa siap, kita juga harus memegang komit untuk siap juga menghadapi segala kemungkinan yang muncul dari rasa cinta yang kita hidupi, risih, sakit hati, penolakan, dsb, kita harus siap untuk hal tersebut.
Kemudian, yang menjadi jawaban paling utama dari kemungkinan tiap resiko adalah “pembenaran motivasi” awal. Motivasi awal akan menjadi penentu dari sikap kita. Kita perlu bertanya kepada diri kita sendiri, apa motivasi kita ketika kita memutuskan untuk ambil bagian dalam pelayanan? Apakah karena murni talenta? Dorongan pacar? Terpaksa? Atau karena memang benar-benar kita membangun dasar pelayanan kita pada Kristus?
Jadi jangan heran jika kita akan menjadi marah dan loyo ketika kita mendapati masalah dalam pelayanan kita (soal hati-red) karena ternyata dasar pelayanan yang kita miliki adalah salah. Tapi disisi lain, sekeras apapun masalah atau problem yang ada, tentu tidak akan mempengaruhi pelayanan kita jika kita membangun diatas dasar yang tepat, yakni pada Kristus. (1 Kor 3 : 10 – 23)
Baiklah sekarang kita memiliki waktu yang cukup untuk melihat semua kejadian dari banyak sisi, agar kita menjadi bijaksana dan siap menjadi dewasa atas segala tindakan apapun yang kita lakukan. Pelayanan yang kuat adalah pelayanan yang muncul atas dasar rasa ucapan syukur kita kepada Allah yang hidup, karena DIA memberikan kasih yang sempurna kepada orang berdosa seperti kita.
Jadi mari belajar untuk tidak terus-menerus menjadi seseorang yang mudah patah semangat. Teruslah belajar dari peristiwa kehidupanmu, belajar dari rasa sakit juga belajar dari rasa bahagia. Dan biarlah kiranya kasih Allah senantiasa menyertai pelayanan kita. Amin
Senin, 09 September 2013
ada ALKITAB di jalanan, maka BERSYUKURLAH…..
Terbangun dari tempat tidur, bergegas dan langsung menuju ke KM untuk mandi. Hari ini bangun sedikit kesiangan, sisa rasa capek tadi malam masih sangat terasa. Setelah Saat Teduh, biasanya saya selalu menyempatkan untuk membuka Laptop dan otak-atik, tapi pagi ini tidak, saya memilih untuk merebahkan diri di suduk tempat tidur dengan sarung dari bapak yang saya gunakan untuk selimut. Dan saya tertidur….
Jadwal hari ini sudah tersusun dengan cukup rapi. Jam 09.00 – 10.00 bertugas jadi Keyboardist Ibadah Siang di GKJ Jebres. Sesaatnya ada sekitar 30 menit untuk beristirahat karena jam 10.30. – 12.00 harus kembali memberi les gitar bagi beberapa remaja PRKJ yang rindu belajar bermain musik. Setelahnya di ajak temen untuk berbelanja beberpa keperluan.
Les Gitar
Hari ini yang datang les gitar lumayan banyak, 12 anak. seperti biasa setelah doa kelas langsung dibagi menjadi 2, kelas kecil dan besar. Kelas kecil mendapat materi untuk membiasakan pindah chord, masih seputar pada G – Em – C – D. Sedang murid kelas besar harus digenjot dengan materi minggu lalu dan harus melahap materi melodi yang lumayan sulit. Perbedaan ini yang harus membuat saya wira-wiri ke masing-masing ruang. Melelahkan, tapi saya hanya berusaha menjadi mentor yang baik bagi mereka. Nice, kebingungan mereka, semangat mereka, keluguan mereka, yang semakin membuat saya yakin untuk terus setia menemani mereka belajar gitar.
Belanja dan Makan Siang
Sejenak dirumah dan segera berangkat lagi untuk belanja. Tinggal nunggu dijemput, dan langsung berangkat. Kami mencari beberapa keperluan untuk perbaikan handphone kami. tidak terlalu lama karena kami hanya mencari yang kami butuhkan, membeli, dan langsung pulang. Sebelum pulang kami menyempatkan diri untuk mencari makan siang, karena memang kami sangat kelaparan saat itu. Bakso menjadi pilihan kami. Dan ketika tiba dirumah makan kami akhirnya memesan lebih banyak, bakso, es campur, dan segelas es teh. Dengan lahap kami berdua makan, walau sejujurnya perut seolah berontak karena kami sudah kenyang.
Bergegas kami pulang, karena memang sudah sore dan saya sudah sangat kecapean. sepanjang jalan pulang kami hanya banyak berbicara yang terkadang omong kosong atau sekedar hanya bercanda. Hingga akhirnya pada salah satu perempatan jalan raya ada kejadian luar biasa yang menggetarkan hati saya, iya benar, menggetarkan hati saya
Sejenak sebelum kami harus berhenti karena lampu merah, secara tidak sengaja saya menoleh di kiri, dan apa yang saya lihat adalah hal yang hebat. Di salah satu emperan toko yang tutup, saya melihat seorang ibu dengan tenang SEDANG MEMBACA ALKITAB. Sempat ragu, tapi jarak yang tidak terlalu jauh membuat saya yakin bahwa saya tidak salah melihat jika yang sedang dibacanya adalah ALKITAB. hati saya benar-benar bergetar.
Seolah dia tidak memperdulikan lalu lalang jalanan yang cukup terik dan sangat bising. Bibirnya terus bergerak seperti tengah membaca sesuatu. Ahh, sungguh indah Tuhan. Belum hilang rasa kagum saya, saya kembali dibuat bergetar dengan ibu itu, ketika dengan tulus ia memijit kaki seorang lelaki tua yang tertidur disebelahnya, saya tidak bisa memastikan tapi saya menduga lelaki itu adalah suaminya. Berharap bisa membagi berkat, saya kemudian memberi tahu kepada teman saya, dan dia juga nampak sangat terkagum dengan apa yang kami lihat. TUHAN ENGKAU SANGAT LUAR BIASA
Pemandangan sangat indah yang hanya bisa saya nikmati selama 60 detik saja dan kami pun berlalu
Sore ini saya belajar banyak hal, ada beberapa hal yang terus saya pergumulkan dan renungkan dalam hati saya…..
1. Membaca Alkitab, jelas bukan sesuatu yang jauh dari kehidupan saya. Alkitab tidak pernah lepas dari keseharian saya. Minimal saya akan membaca Alkitab ketika pagi saya saat teduh serta saya masih berusaha rutin untuk bisa bible reading tiap malam sebelum tidur. Sedang pada kegiatan yang lain tentu itu bisa bertambah. Saya sudah cukup dekat dengan Alkitab kan?? TAPI TUNGGU DULU seolah hal itu runtuh begitu saja ketika melihat ibu itu, Saya membaca Alkitab pada kondisi “save”, semua terkendali dengan sangat baik, tenang, teduh, sepi, dan pada waktu yang sangat mendukung. Tapi yang dilakukan ibu itu dengan gagah “mempecundangi” pemahaman saya. Tentu bukan soal intensitas atau usaha dalam memahami isi Firman yang sama-sama kami baca tapi yang jelas ibu itu lebih berani, lebih tangguh, dan lebih hebat. Ibu itu menghadapi tantangan yang lebih besar daripada yang saya hadapi. Lalu-lalang pejalan kaki tak di gubrisnya, bising klakson kendaraan tak menghalanginya, terik sinar matahari tak mengalahkanya, bahkan tatap pandangan mata dari orang yang melihatnya tidak mampu memupuskan keinginannya untuk membaca Alkitab tersebut.
2. Ini hal yang sangat penting yang sempat menjadi bahan diskusi saya dan teman saya. Hal itu adalah, MENGAPA IBU ITU HARUS SEPERTI ITU?, bukankah dia orang baik? bukankah dia orang yang takut akan Tuhan? bukankah dia orang yang setia? lantas mengapa ibu itu harus hidup dijalanan yang begitu keras dan bahkan mungkin ibu itu tidak memiliki rumah untuk dia berteduh.
Jika menjawab itu hanya karena nasib, maka selesai sudah pertanyaan diatas. Tapi dalam kediaman saya, saya mengetahui banyak hal yang luar biasa.
Tapi tentu ada hal lain yang saya maknai ulang, tentang keberadaan ibu itu. Tentu saja dan saya percaya, ibu itu juga tengah membawa pesan khusus dari DIA yang harus disampaikan kepada SAYA.
Siang itu menjadi satu moment dimana Tuhan kembali mengingatkan saya tentang arti dari sebuah ungkapan syukur yang tulus. Ibu itu mengajari saya untuk menikmati kehidupan dari sisi yang lebih mulia, menghitung dan merenda tiap berkat yang Tuhan beri menjadi satu pola kehidupan yang baik. Siang itu dimana dengan nyaman saya bisa bangun pagi, saya bisa bertugas musik ibadah, saya bisa memberi les gitar, saya bisa belanja, dan bahkan saya bisa makan dengan lebih, tapi kenyataannya yang sering terjadi adalah saya lupa untuk bersyukur. Kesempatan yang mungkin tidak bernah akan ibu itu miliki, bahkan untuk memikirkannyapun tidak. Tapi yang ibu lakukan itu telah mengajari saya untuk terus bersyukur tiap hari dan tanpa henti
Terima kasih tuhan atas pelajaran yang telah Engkau berikan kepadaku melalui ibu itu…..